Candu Smartphone dan Sosial Media
Oleh : Yudhi Kurnia
Mahasiswa Pasca Sarjana Manajemen Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan – Jogjakarta
Dalam bukunya Kevin Kruse yang berjudul “Great Leaders Have No Rules – Prinsip-prinsip Radikal untuk Kepemimpinan yang lebih baik, lebih cepat, dan lebih mudah” dibahas bagaimana memulai menjadi seorang pemimpin yang produktif adalah dengan “menanggalkan” smartphonenya. Bagi saya informasi ini sangat menghentak. Bagaimana tidak, di era yang serba teknologi di mana smartphone itu menjadi kebutuhan yang katanya “meningkatkan” produktifitas malah disarankan untuk “ditinggalkan”.
Pernyataan penulis memang sangat berdasar. Beragam hasil penelitian dipaparkan. Sudah banyak contoh smartphone ini kerap menjadi “biang” dalam kejadian kecelakaan, hilang konsentrasi, hilangnya produktifitas, permasalahan psikologi, dan hadirnya “candu” baru dalam kehidupan yakni manusia seolah menjadi tidak tenang dan tidak bisa hidup tanpa yang namanya smartphone.
Sejenak saya berpikir secara mendalam. Selanjutnya saya menyadari bahwa ciri-ciri orang yang sudah candu dengan Smartphone beberapa sudah saya alami. Seringkali saya memeriksa smartphone saya hanya sekadar untuk mengecek apakah ada informasi yang masuk di medsos atau apakah postingan saya ada yang like ataupun berkomentar.
Kajian tentang ketergantungan smartphone ini ternyata sudah lama didalami dan hasilnya pun menjadi rujukan para penelitian lainnya dalam mengembangkan seberapa turun produktifitas seseorang akibat dari smartphone ini.
Hadirnya “covid 19”, yang sangat tidak diinginkan oleh siapapun ini. Memperkuat juga kita semua untuk terus tenggelam dengan penggunaan smartphone yang tanpa henti ini. Banyak sekolah, perusahaan yang menerapkan belajar dan bekerja dari rumah dengan menggunakan perangkat komputer, smartphone dan internet. Pada titik ini, sah bahwa kita semua sudah sangat bergantung dengan yang namanya teknologi yang disinyalir sebagai biang dari turunnya beragam produktifitas baik itu belajar ataupun pekerjaan.
Saat ini tak jarang para anggota rapat di sebuah pertemuan itu tidak lepas dengan yang namanya Ponsel. Sesekali mereka baik ketua rapat ataupun anggota rapat itu memegang ponselnya dan sesekali pula sempat membalas chat dan lain sebagainya. Menurut etika hal ini tidaklah baik. Untuk tak jarang di sebuah pertemuan rapat penting sekalipun ada istilah “raga itu hadir, tapi jiwa entah di mana!”.
Kevin Kruse pada bukunya menyebutkan cara paling radikal adalah meninggalkan smartphone untuk produktifitas yang lebih baik itu tertulis pada judul bab yang berbunyi “Matikan Telepon Seluler (Ponsel) Anda!.
Jika mengubah secara radikal tidak kuat, Kevin Kruse memberikan solusi yang bisa jadi kita bisa mulai dari dini. Yakni;
- Coba letakkan Ponsel atau smartphone kita di kamar tidur saat sedang makan bersama keluarga.
- Simpan smartphone di mobil selama dua jam saat melihat anak bertanding sepakbola
- Tutup atau matikan smartphone mulai dari pukul 9 malam.
- Jangan pernah memeriksa ponsel di depan anak-anak.
Semoga dengan tips ini kita semua bisa lebih produktif dalam hidup. Kebersamaan dengan keluarga bisa kita jalin, bersosialisasi dengan teman dan rekan masih bisa kita renda bersama. Saya juga sedang mencoba.
Profil Penulis :
Penulis adalah seorang guru di SMP Muhammadiyah 8 Bandung. Beberapa kali menulis di media Koran (Pikiran Rakyat, dan Jabar Ekspress), Kontributor Tulisan di website sekolah.