GURU PENGGERAK ITU SUKA MEMBACA DAN MENULIS
*Oleh : Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd
Modal penting sebagai guru penggerak itu suka membaca dan menulis. Kemampuan membaca tulis yang baik menjadi sebuah syarat untuk bisa lolos ke tahap wawancara. Bahkan Kementrian Pendidikan Kebudayaan dan Ristek bahwa guru penggerak harus mampu menuliskan pengalamannya berbentuk essai. Bukan hanya guru penggerak akan tetapi guru secara keseluruhan wajib untuk memiliki kemampuan membaca dan menulis.
Tipikal soal ujian di guru penggerak itu jawaban yang diberikan akan bergantung dari pengalaman calon guru penggerak atas pengalaman masing-masing. Hal ini dikarenakan jawaban berdasarkan pada pengalaman sehari-hari guru masing-masing. Aksi nyata yang akan memberikan efek terbaik adalah saat didalamnya terdapat aktifitas membaca dan menulis yang baik juga.
Tiga hal penting mengenai proses belajar adalah sebuah perjalanan yaitu dari sebuah fakta menjadi pengetahuan, selanjutnya hadirnya pemahaman dana kemudian lahirlah kebijaksanaan. Guru harus mempunyai semangat untuk belajar sepanjang hayat. Guru tidak boleh loyo, motivasi dalam diri harus terus bertumbuh dan asa guru tidak boleh kendor.
Bagi seorang guru aktifitas menulis dan membaca adalah sebuah kebutuhan seperti halnya makan dan minum. Menjadi guru adalah mudah menjadikan kritik sebagai “vitamin” dalam kehidupan agar menjadi manusia yang lebih baik dari hari ke hari.
Nadiem Makarim, mendikbudristek mengatakan:
“Perubahan adalah hal yang sulit dan penuh dengan ketidaknyamanan. Namun, perubahan tidak dapat dimulai dari atas. Semuanya berawal dan berakhir dari guru. Jangan menunggu aba-aba, jangan menunggu perintah. Ambillah langkah pertama” (Nadiem Makarim).
Wahai guru Indonesia teruslah melakukan perubahan. Mulailah dengan rajin membaca dan menuliskan kembali apa yang kita baca. Malas membaca akan membuatmu lumpuh menulis. Teruslah belajar sampai ajal menjemputmu. Kami belajar bersama di KBMN PGRI.
Yakinilah bahwa kematian pasti akan datang menghampiri kita. Cepat atau lambat dia datang tak diundang. Sebuah kebijakan akan kita rasakan kenikmatannya, bila kita mampu mengatasinya dengan kebajikan. Teruslah berbuat baik kawan, sebab orang baik itu rezekinya baik dan mati dalam keadaan yang baik.
Banyak orang baik yang akan mengantarkanmu ke liang kubur. Banyak malaikat yang akan menyambut kedatanganmu. Mereka menyalamimu dan berkata, “Selamat datang orang baik dan bijaksana”.
Seperti yang sebelumnya telah berkali-kali Omjay sampaikan, belajar hanya akan bermakna jika bapak/ibu dapat menerapkannya dalam konteks pemecahan masalah yang dihadapi sehari-hari. Setiap masalah pasti ada solusinya. Setiap penyakit pasti ada obatnya.
Oleh karena itu, langkah awal yang diambil akan menjadi sangat penting. Mulailah dengan langkah kecil, sedikit demi sedikit. Lama-lama menjadi bukit. Menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi. Bersiaplah untuk kesalahan dan ketidaknyamanan yang mungkin terjadi, namun bertahanlah dan segera lakukanlah refleksi diri. Akan lahir buku solo dan antologi dari kerja cerdas membaca dan menulis setiap hari. Seperti buku yang dipegang oleh ibu Leni Priska ini.
Dekatkan dirimu kepada penguasa langit dan bumi. Kesalahan yang dibuat seharusnya dapat meningkatkan keterampilan kita dalam memecahkan masalah. Riset atau penelitian membuktikan bahwa belajar dari kesalahan memiliki potensi untuk meningkatkan keterampilan metakognisi Anda.
Tingkatkan terus efikasi diri Anda, karena Anda akan merasa memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah dan menyelesaikan pekerjaan Anda dengan baik. Jadi, tetaplah semangat! Jadilah Guru Tangguh Berhati Cahaya. Anda akan menemukan arti ikhlas yang sebenarnya.
Kecanggihan teknologi tak akan bisa anda hindari. Digitalisasi merupakan keniscayaan. Siapa pun tak bisa mengelak sehingga lembaga pendidikan dimana bapak ibu guru berada di dalamnya, harus menyadari untuk memulai ‘onboarding’ ke flatform digital. Suka atau tidak suka anda harus belajar bersama aplikasi Chat GPT.
Anda harus mulai terbiasa dengan kecerdasan buatan atau artifisial intelegen (AI) meskipun terkadang menyakitkan. Ingatlah selalu bahwa guru tidak akan pernah tergantikan dengan teknologi, namun guru yang tak mau belajar teknologi terbaru, akan tertinggal bahkan ditinggalkan oleh murid-muridnya.
Diskusi di WA Group pagi ini di PGRI sangat menarik hati. Omjay dkk merasa kondisi pendidikan kita tidak dalam kondisi yang benar-benar sehat. Seorang kawan di PGRI menuliskan komentarnya.
Kebijakan pendidikan apa gak seharusnya benar-benar akademik dan mengurangi aroma kekuasaan, sehingga pemerintah dalam membuat regulasi tidak saling mengiris bahkan mengunci antara fakta dan harapan.
Sebagai contoh permendikbud nomor 40 tahun 2021. Dalam permen ini ada fakta dan harapan yang saling mengiris, satu sisi menjadi Kepala Sekolah bagi seorang guru adalah sebuah prestasi, sementara syarat menjadi kepala sekolah akan lebih mudah jika guru tersebut menyandang predikat “Guru penggerak”. Permendikbud nomor 6 tahun 2018 yang memproduksi Kepala Sekolah lewat LPPKS otomatis terkunci dengan regulasi ini.
Kalau sudah menentukan menu, maka pilih bahan bakunya dengan benar agar rasanya tidak berubah dari menu yang kita tetapkan. Pogram Guru Penggerak (PGP) arahnya ke profesionalitas guru, KS melaksanakan manajerial, guru hebat tidak menjamin menjadi KS hebat;
Tulisan yang sangat ilmiah, kritis, dan analitik. Mungkin harapan menjadikan guru penggerak seperti teori-teori yang disampaikan akan terkendala karena guru penggerak dijanjikan iming-iming menjadi Kepala sekolah, pengawas sekolah, dan Kadisdik.
Motivasi intrinsik yang telah dibangun dengan susah payah saat pelatihan 9 bulan akan beralih ke reward atau motivasi ekstrinsik. Bukankah sebaiknya mereka menunjukkan dulu kinerja sebagai alumni PGP?
Jika mereka beralih menjadi kepala sekolah, maka secara regulasi mereka bukan pendidik lagi, tetapi tenaga kependidikan. Harusnya, reward diberikan setelah kurun waktu tertentu dengan menunjukkan prestasi kerja.
LPPk2SPS jangan dulu dihapuskan karena lembaga ini khusus untuk melatih guru menjadi Kepala sekolah atau pengawas. Alumni lembaga ini adalah Kasek dan PS. Hal ini sudah sangat jelas.
Kalau PGP, produknya Guru Penggerak. Ya, jadi guru dulu. Tunjukkan dulu hasil pelatihannya. Untuk menjadi Kasek Penggerak, cukup benahi LPPK2SPS dengan program penggerak juga. Namun sekarang rata-rata CGP yang telah menjadi GP diangkat menjadi Kepala sekolah. Padahal programnya menelurkan guru bukan Kepala sekolah.
Mereka menjadi kehilangan kesempatan menjadi guru penggerak karena sudah menjadi Kasek dan tidak bisa serta merta menjadi Kasek Penggerak karena programnya berbeda. Itulah sedikit diskusi kami di PGRI.
Guru Penggerak adalah pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid, serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil Pelajar Pancasila (Kemdikbud, 2022).
Program Guru Penggerak (PGP) bertujuan melahirkan guru yang pembelajar, guru yang mampu menginspirasi guru-guru lainnya, dan guru pemimpin pembelajaran yang melahirkan pelajar Pancasila. Apakah anda punya kriteria lain tentang guru penggerak?
Salam Blogger Persahabatan
Omjay
Sumber :
4 Comments
Cakep nih artikel
Guru harus membaca dan menulis nih. Aktivitas intelektual yang sangat mendukung profesionalnya guru
Benar apa yg ditukis oleh Omjay, membaca dan menulis itu harga mutlak untuk mendapatkan pengalaman yg bermakna, apanyg kita lakukan lalu catat dsn baca lagi, sehingga akan menjadi kekayaan ilmubyg ada pada diri.
salam guru penggerak Om Doktor
terima kasih komentarnya