Menulis dengan baik
Menulis adalah aktifitas yang menyenangkan untuk sebagian kalangan. Akan tetapi, tidak sedikit yang merasakan bahwa menulis adalah sebuah pekerjaan yang sulit. Hingga saat ini, saya baru merasakan dua kategori jenis penulisan. Pertama menulis bebas, kedua menulis karya ilmiah, Anda boleh tidak sependapat dengan pendapat yang saya utarakan.
Baik menulis bebas ataupun karya ilmiah masing-masing mempunyai kesulitan yang khas. Menulis bebas merupakan jenis tulisan yang konten yang dibahasnya adalah seputar kehidupan penulis. Terkadang hal kecil dan remeh-temeh pun senantiasa menjadi sebuah tulisan. Bagi seorang penulis bebas apapun bisa menjadi tulisan. Kabarkan tentang dirimu, maka dunia akan menahu siapa dirimu.
Berbeda dengan penulisan secara ilmiah atau karya ilmiah. Menulis karya ilmiah biasanya dilakukan atas dasar tuntutan. Selain isinya yang wajib dipikirkan betul, aturan penulisan juga menjadi perhatian khusus agar tulisan yang dihasilkan bisa sesuai dengan standardisasi yang ditetapkan.
Jenis tulisan karya ilmiah biasanya dibuat oleh siswa-I, guru, dosen, ataupun praktisi-praktisi dalam bidang-bidang tertentu. Saat ini, lembaga pemerintahan pun mensyaratkan pembuatan karya ilmiah untuk pegawai yang akan naik pangkat.
Hasil Menulis secara bebas dan menulis karya ilmiah tentu mempunyai pembaca masing-masing. Tulisan-tulisan ringan yang menggelitik terkadang mudah untuk diserap atau dicerna orang secara umum.
Membaca sambil lalu tanpa pemikiran mendalam dan digunakan sebagai pelengkap informasi secara keseharian tulisan bebas menjadi kebutuhan. Hal yang tidak terlalu serius dan mengandung humor biasanya enak untuk dibaca sambil menikmati kopi sore ataupun pagi.
Akan tetapi, jangan mengecilkan hasil tulisan bebas yang ringan tersebut. Banyak tulisan yang selanjutnya adalah karya ilmiah itu diawali dari pemikiran yang ringan-ringan seperti yang tertulis dalam tulisan bebas. Menulis bebas artinya tidak menulis secara sembarangan, akan tetapi sebuah tulisan yang tidak terikat pada tuntutan-tuntutan tertentu seperti tulisan karya ilmiah.
Tulisan bebas itu biasanya dilakukan untuk mengeluarkan segala macam kegundahan dalam hati yang dituangkan dalam sebuah tulisan.
Penulis yang baik adalah pembaca yang baik. Untuk itu, aktifitas membaca adalah wajib dilakukan oleh seorang penulis. Tanpa membaca seorang penulis akan kekurangan “sumber air” sebagai sumber ide yang akan dituangkan. Sumber bacaan yang bisa dikonsumsi seorang penulis itu sangat banyak. Buku, Koran, Majalah bahkan status yang dilihat di media sosial merupakan sumber informasi yang akan menjadi amunisi dalam bertempur di dunia kepenulisan.
Aktifitas membaca seorang penulis laksana menyimpan beragam bibit-bibit ide menulis. Bibit tersebut hingga di suatu masa akan menjadi bertumbuh dan subur selanjutnya menghasilkan tulisan yang asyik untuk dibaca dan mencerahkan.
Kemudahan mengakses sumber informasi bahkan sekarang ini relatif gratis untuk didapatkan seharusnya menjadi sebuah benefit bagi seorang penulis. Akan tetapi, ternyata tidak semudah apa yang dibayangkan.
Penulis yang konon sudah kawakan pun, katanya seringkali merasakan kesulitan dalam memulai dan menghasilkan sebuah karya tulisan yang baik. Jika penulis yang sudah beken masih merasakan kesulitan, apatah saya yang baru mau memulai menjejaki jalan mereka.
Menyemangati diri sendiri agar terus bisa menulis bukan perkara enteng. Jika menulis itu adalah ujian, maka seringkali gagal dalam menempuh ujian tersebut. Belajar menulis setiap hari itu sulit.
Lumbung ide seringkali kering-kerontang. Untuk itu usaha menulis setiap hari seringkali “batal” karena semangat yang kurang. Pada akhirnya, menurunkan kembali keterampilan menulis yang sudah dimiliki.(yk)