Jangan anggap enteng apresiasi meskipun kecil
Mengapresiasi setiap kebaikan peserta didik
_Oleh : Yudhi Kurnia, S.T.,Gr_
Guru SMP Muhammadiyah 8 Bandung, Mahasiswa Pascasarjana Manajemen Pendidikan UAD Yogyakarta
Berbicara apresiasi saya adalah orang yang sebetulnya suka dengan apresiasi baik dari orang lain ke saya ataupun saya ke orang lain. Apresiasi merupakan sebuah bentuk penghargaan baik dalam bentuk fisik (barang) atau non-fisik (verbal) kepada orang dengan prestasi atau jasanya yang telah dilakukan. Dulu, seorang guru SMP saya memberikan contoh yang sangat baik dalam mengapresiasi karya ataupun kerja dari para peserta didiknya. Apresiasi tersebut diberikan dalam bentuk tanda tangan di buku siswa. Meski sederhana akan tetapi mampu membuat para siswa termasuk saya merasakan bahwa apa yang dikerjakan itu adalah dihargai.
Seorang guru, wajib untuk terus bisa memberikan apresiasi, dan jangan lupa untuk memberikan apresiasi kepada siswa. Hal ini tidaklah mudah, perlu persiapan dan konsistensi. Kegiatan kecil ini akan berdampak pada perkembangan pembelajarannya baik di masa sekarang dan juga masa depan.
Melalui apresiasi ini diharapkan muncul rasa percaya diri pada anak. Percaya diri merupakan karakter yang harus dibangun pada diri anak. Terlebih saat ini, rasa percaya diri menjadi bagian dari perkembangan pembelajaran Profil Pelajar Pancasila. Sekolah dan guru harus membangun iklim atau suasana saling menghargai. Baik dari guru ke siswa, siswa ke guru, pimpinan ke guru ataupun sebaliknya.
Mungkin, dari pembaca semua pernah mengalami mendapatkan pujian dari guru kita dan membuat terkenang-kenang hingga sekarang. Jika dulu kita senang untuk diapresiasi, kenapa sekarang kita sulit untuk mengapresiasi? Persoalannya adalah ada pada niat dan juga tujuan dari apresiasi tersebut. Bukan hanya itu, rendahnya apresiasi disebabkan ketidakpahaman guru akan makna apresiasi untuk setiap anak didik di masa yang akan datang.
Perilaku saya atau kita saat ini sebagian cerminan dari bagaimana kita belajar di masa lalu. Jika guru saat ini menjadi pemarah, minim apresiasi bisa jadi saat masih duduk di bangku sekolah jarang mendapatkan apresiasi atau mendapati guru yang mempunyai karakter pemarah.
Teringat sebuah kisah seorang penari, yang menemui panutannya dalam dunia tari akan tetapi mendapatkan perlakuan yang menurutnya tidak sesuaid dengan harapannya. Yakni, saat sang idola anak tersebut meninggalkannya kala ia mau menampilkan kemampuannya akan tetapi seolah tidak dipedulikan. Mulai saat itu, semangat menarinya menjadi hilang, hingga pada akhirnya karir dan masa depan anak tersebut hancur.
Singkat cerita, di masa tuanya, anak dan juga idolanya kembali ketemu. Berceritalah anak tersebut akan kekecewaan yang telah didapatkan sehingga memupuskan cita-cita dan masa depannya. Padahal, saat itu ternyata sang idola pergi sebentar untuk sebuah urusan, dan kembali lagi pada waktu yang tidak lama. Begitulah dahsyatnya apresiasi. Tanda jempol adalah sebuah ekspresi apresiasi yang ringan. Untuk itu kenapa Facebook bersimbolkan tanda jempol, hal bermakna bahwa apresiasi itu penting.
So, guru-guru mulai saat ini jangan anggap enteng apresiasi yang enteng-enteng. Hal ini akan berdampak besar di masa depan anak-anak kita. Sadari betul pada proses kehidupan seorang anak-anak akan hadir dinamika yang tentunya membutuhkan kesabaran dari guru-guru dan orang tuanya. Salam apresiasi. (yk)