Guru Boleh Cari Uang Sampingan?
Peristiwa menyedihkan atas kecelakaan study tour yang menimpa siswa beberapa waktu yang lalu, tentu menjadi kesedihan dan keperihatinan semua pihak, utamanya para orang tua dan keluarganya, warga sekolah, termasuk masyarakat luas.
Di balik semua kesedihan itu, masih ada selipan kabar yang kurang menyenangkan, yaitu tudingan negatif bahwa study tour hanya cara guru untuk mendapat perjalanan gratis, mendapat uang saku dan tudingan miring lainnya.
Terlepas dari benar dan tidaknya, yang jelas para guru di Indonesia mayoritas sudah pernah merasakan, betapa susahnya mengendalikan siswa selama perjalanan. Betapa bebannya juga sampai tiga hari meninggalkan keluarga. Dan betapa resiko yang dihadapi bersama siswa.
Peristiwa ini mengingatkan kita pada isi tulisan dalam buku ‘Menjadi Guru Panggilan Hati’. Dalam salah satu ulasan penulisan’ Apakah Guru Tidak Boleh Kaya?’
Sindiran itu mengisyaratkan guru selama ini “dituntut” berkarya secara maksimal. Berbagai tuntutan administrasi berbasis online diminta. Sementara mengajar minimal 24 jam per minggu. Itu rata-rata 8 kelas dengan siswa rata rata 240an. Dapat dibayangkan bagaimana guru mendidik, mengajar, dan melatih siswa. Konon dengan pemahaman diferensiasi pembelajaran sesuai dengan karakteristik kemampuan dan gaya belajar siswa.
Belum lagi ketika ada penghargaan kesejahteraan guru selalu menimbulkan polemik bahkan sindiran dan ujungnya keterlambatan dengan berbagai alasan.
Oleh karena itu, mari kita normalisasikan bahwa ‘Guru Boleh Kok Kaya’. Asal tidak mengurangi bahkan mengabaikan tugas pokoknya.
Guru harus dilatih dan melatih diri untuk literasi finansial. Manfaatkan sisa waktu yang ada untuk melakukan sesuatu yang positif dan menghasilkan uang. Bukankah E-commerce itu sudah banyak dan berkembang pesat?
Guru boleh menjadi content creator dengan karakteristik sendiri. Guru boleh membuka usaha kuliner rumahan. Guru bisa berkebun kalau punya lahan. Guru boleh mengirim tulisan pada media online yang bisa membayar.
Guru boleh kaya. Guru diharapkan kaya. Jika kesejahteraan mereka sudah terjamin, proses serah terima ilmu di sekolahnya sudah pasti akan menjadi lebih lapang. (tnp)