Guru VS Dinamika Kurikulum
Kurikulum di negeri ini kerap kali mengalami perubahan seiring berubahnya Menteri Pendidikan Indonesia. Hal ini membuat para guru resah. Tak jarang, guru merasa menjadi korban kurikulum itu sendiri. Perubahan yang digadang-gadang bisa meningkatkan kualitas pendidikan.
Namun pada kenyataannya, perubahan-perubahan tersebut hanyalah membuat para guru disibukkan dengan segudang perkara administrasi yang harus dikerjakan alih-alih fokus mengajar. Belum lagi ditambah banyaknya tuntutan diklat yang harus diikuti.
Berbagai fenomena perubahan kurikulum sudah sering kita dengar dengan berbagai faktor pertimbangannya. Akan tetapi, berbagai fenomena tersebut juga menunjukkan bahwa peran pendidik masih menjadi instrumen kunci dalam proses pendidikan Indonesia.
Bahkan, untuk adaptasi berbagai kurikulum tersebut pendidik diharapkan memiliki keterampilan mutakhir. Hal ini sebagai bentuk upaya agar pemelajar atau peserta didik mampu menjawab tantangan abad ke-21 yang meliputi: kepemimpinan, literasi digital, komunikasi, kecerdasan emosi, kewirausahaan, kewarganegaraan global, serta kemampuan menyelesaikan masalah dan kerja sama.
Lalu bagaimana agar guru dapat bertahan dengan baik dalam menjalankan tugas sebagai pendidik di tengah dinamika perubahan kurikulum? Respon dari guru akan menentukan kualitasnya dalam bekerja melakukan sumbangsih untuk kemajuan pendidikan di Indonesia. Selain itu kualitas tanggapan tersebut menentukan kondisi emosional yang akan mempengaruhi pada kesehatan dan kinerja guru.
Apa yang bisa guru lakukan agar respon terhadap perubahan kurikulum tersebut dapat berlangsung dengan baik? Langkah-langkah berikut akan memandu guru memberikan respon yang terbaik:
- Prasangka Baik
Langkah pertama yang bisa dilakukan dalam merespon perubahan kurikulum adalah memiliki prasangkan yang baik. Prasangka baik akan membimbing kita selalu berfikir dan berperilaku positif.
Yakinlah bahwa perubahan kurikulum yang dilakukan pemerintah memang dilakukan demi menyiapkan anak didik kita untuk menyongsong abad 21 ini yang memang jauh dari bayangan kita. Apa yang dihadapi oleh anak-anak kita memang sangat berbeda dengan apa yang kita hadapi dahulu maupun yang kita hadapi saat ini. Sehingga langkah pemerintah untuk mengubah kurikulum K-13 menjadi kurikulum merdeka sudah merupakan langkah yang benar dan pas. Pemerintah pasti sudah memikirkan banyak alasan-alasan filosofis saat melakukan perencanaan, pelaksanaan maupun penetapan kurikulum merdeka.
- Sambutan yang Positif
Setelah memiliki prasangka baik terhadap perubahan kurikulum, sikap selanjutnya adalah menyambut dengan positif perubahan tersebut. Meskipun guru mengalami kebingungan dalam memahami dan menjalankan kurikulum baru ini, tetapi harus tetap menyambut dengan positif. Karena kebingungan tersebut justru menandakan suatu hal yang baik. Kebingungan yang dialami menandakan bahwa guru menaruh perhatian dan mau belajar terhadap perubahan yang ada.
Sebagaimana lazimnya hal baru pasti menimbulkan kebingungan dan keraguan. Tetapi jika kita mau belajar dan memperhatikan dengan baik segala informasi yang ada tentu segala keraguan pasti akan segera sirna. Keadaan ini tentu berbeda dan jauh lebih baik bila dibandingkan dengan orang yang bersikap acuh tak acuh. Walaupun dia tidak akan mengalami kebingungan, dia tidak pula kan berkembang menjadi lebih baik. Hal ini karena ia tidak peduli, mau kurikulum berubah ataupun tidak, dia tetap memakai cara dan metode yang lama dalam mengajar.
Sikap positif juga dapat ditunjukkan dengan cara proaktif mencari tahu tentang perubahan kurikulum tersebut, jangan hanya menunggu saja. Banyak platform dan sumber informasi lain yang memuat informasi tentang perubahan kurikulum baru tersebut. Pemerintah juga sudah menerbitkan platform merdeka mengajar yang akan mewadahi dan memberi informasi yang selengkap-lengkapnya bagi mereka yang ingin belajar secara mandiri tentang kurikulum ini.
2. Bergeraklah Walaupun Hanya Satu Langkah
Setelah menyadari niat baik pemerintah dalam melaksanakan perubahan kurikulum serta menyambut secara positif dan optimis setiap perubahan yang ada, tibalah saatnya bergerak memulai perubahan tersebut.
Filusuf Tiongkok, Lao Tzu pernah mengatakan bahwa “Perjalanan seribu mil selalu dimulai dengan langkah pertama”. Artinya bahwa perubahan sebesar apapun pasti dimulai dari perubahan-perubahan kecil lebih dulu. Tanpa ada perubahan kecil yang kita lakukan, mustahil akan ada perubahan besar seperti yang kita rencanakan.
Sebagai guru yang menjadi ujung tombak dalam pelaksanaan kurikulum merdeka, lakukan apapun yang bisa dilakukan untuk menerapkan perubahan tersebut. Entah dengan sering-sering mengakses platform merdeka mengajar atau dengan cara mengikuti diklat, seminar atau webinar yang ada.
3. The Power of Now
Kekuatan kita sesungguhnya terletak pada apa yang kita lakukan bukan pada apa yang kita ucapkan. Kita harus bisa lepas dari masa lalu untuk menyongsong masa depan yang lebih baik.
Dalam menyikapi perubahan kurikulum, guru harus bisa move on dari kurikulum dan caranya mengajar yang dahulu. Bisa jadi seorang guru beralasan bahwa cara mengajarnya dahulu telah menghasilkan banyak orang-orang sukses seperti dokter, dosen atau profesi yang lain, mengapa harus diganti sekarang?
Coba kita ralat pikiran kita, andaikata kita mengajar dengan cara yang lebih baik tentu anak didik kita yang sukses akan lebih banyak dari pada diajar dengan cara itu. Jangan terkungkung dengan cara mengajar yang masih tradisional berupa ceramah. Zaman telah berubah, maka kita pun harus berubah. (tnp)