Dalam mengisi waktu libur sekolah, OSIS dan MPK SMA Negeri 20 Bandung pada tanggal 7 Juli 2024 melakukan kunjungan ke Gedung Pakuan dalam upaya menambah wawasan ilmu pengetahuan yang merupakan bagian dari pengembangan karakter siswa dalam dimensi profil Pancasila, yaitu “Berkebinekaan global” serta mampu bernalar secara kritis. Pengembangan Gedung Pakuan sebagai destinasi wisata baru sangat penting untuk memperkenalkan warisan budaya dan sejarah Jawa Barat kepada masyarakat lokal maupun wisatawan nasional serta internasional. Tentunya ini akan menjadi daya tarik wisata baru yang menarik bagi masyarakat.
Masyarakat yang ingin mengunjungi Gedung Pakuan dapat mendaftarkan diri melalui aplikasi Sapawarga mulai dari H-3 kunjungan. Pemesanan tiket dibuka setiap Selasa, Rabu, dan Kamis setiap minggunya. Masyarakat dapat memesan tiket H-3 kunjungan, dengan maksimal 5 tiket per akun. Kuota kunjungan per sesi adalah sebanyak 80 tiket.
Dengan mengunjungi Gedung Pakuan, masyarakat akan mendapatkan banyak manfaat, seperti pengalaman sejarah. Gedung Pakuan sendiri dibangun pada tahun 1867 oleh arsitek Belanda pada era Gubernur Jenderal Ch. F. Pahud. Gedung ini juga pernah menjadi tempat beristirahat tokoh dunia selama Konferensi Asia Afrika 1955. Nganjang ka Pakuan dapat dijadikan wisata sejarah dan rekreasi. Wisatawan dapat menikmati waktu berkualitas bersama keluarga, berinteraksi dengan sesama warga, dan melakukan aktivitas sehat dengan berjalan kaki. Selain itu, ini juga menjadi wisata pengenalan energi ramah lingkungan, karena gedung ini dilengkapi dengan pembangkit listrik tenaga surya di atap yang memberikan data energi yang dihasilkan, pengurangan emisi CO2, dan penghematan listrik hingga 15-40 persen dari penggunaan kapasitas terpasang PLN.
Dengan adanya program Nganjang ka Pakuan, diharapkan akan bisa membawa perubahan paradigma yang selama ini ada bahwa Gedung Pakuan yang merupakan tempat tinggal Gubernur dan bisa dijadikan tempat istirahat Presiden ketika berkunjung ke Jawa Barat bukanlah tempat yang tidak bisa diketahui oleh masyarakat. Sekarang, masyarakat bisa melihat bagaimana sebenarnya Gedung Pakuan yang selama ini belum diketahui. Dengan protokol yang ada dan tata tertib yang sudah ditentukan, hendaknya masyarakat yang berkunjung bisa menjaga dan menaatinya.
Mohamad Asep Juanda S.Pd (Asjun Thea) SMA Negeri 20 Bandung