Kesabaran dan Pendidikan
Oleh : Yudhi Kurnia, S.T.,Gr.
Guru SMP Muhammadiyah 8 Bandung, Mahasiswa Pascasarjana Manajemen Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
Kita semua tentunya mengetahui bahwa setiap orang mempunyai guru favorit masing-masing saat sekolah. Karakter masing-masing guru dalam mengajar tentu berbeda-beda. Metode yang disampaikan juga kadang tidak sama antar satu guru dengan guru lainnya. Jangankan untuk guru beda mata pelajaran, guru yang satu mata pelajaran pun membawa karakter unik masing-masing saat di kelas. Beberapa guru yang unik dalam mengajar dahulu, saya masih mengingatnya hingga kini. Ada guru yang senang dengan perumpamaan untuk mengingat satuan dalam materi fisika misalnya. Kata Joule (satuan kalori) – dianalogikan dengan kata “ajul” dalam Bahasa sunda yang artinya sundul/sodok dengan menggunakan tongkat.
Mengamati hal tersebut saya menarik kesimpulan untuk menjadi guru yang baik buatlah hal unik dan menarik. Hal tersebut merupakan upaya mendekatkan sebuah materi agar mudah dipahami. Selain itu, sebagai guru kita akan diingat oleh siswa kita. Dengan demikian saya mencoba untuk menjadi sosok yang bisa diingat oleh siswa sebagaimana saya mengingat guru dulu. Bukan perkara mudah untuk bisa melakukan itu semua. Akan tetapi harus tetap diusahakan dan dicari semoga menjadi guru yang senantiasa di hati dan dirindui.
Metode, model, atau konsep pendidikan tidak akan berhasil dengan baik tanpa dibarengi dengan kesabaran dalam penerapannya. Pendidikan itu identik dengan kesabaran. Mendidik dengan sabar tentu wajib dimiliki oleh para guru. Bahkan komposisi sabar dalam setiap mendidik sangatlah besar. Banyak orang memahami dan mengatakan sabar itu ada batasnya, akan tetapi sebagai guru yang berusaha mendidik dengan baik maka sabar sejatinya tidak ada batasnya.
Kesabaran guru itu harus jauh dan dalam. Peribahasa Sunda guru itu “ulah geutas harupat” alias jangan cepat marah menjadi pegangan yang harus dipegang teguh. Kunci pendidikan adalah bagaimana guru melewati proses dengan segala macam dinamika dengan rasa sabar yang tinggi. Meski, terkadang banyak faktor yang menyebabkan guru menjadi tidak sabar, inginnya instan, cepat marah dan lain sebagainya. Itulah istimewanya guru, ditengah masalah yang kerap menderanya harus mampu bersikap seimbang saat berada di tengah para peserta didik.
Pernyataan “guru kencing berdiri, murid kencing berlari” merupakan sebuah ingatan bahwa satu hal yang kita lakukan maka akan dicontoh oleh siswa kita menjadi berkali lipat. Kesabaran itu ilmu tingkat tinggi, perlu dilatih setiap hari. Jangan cepat berkesimpulan dan cepat mengambil tindakan tanpa melihat sekitar. Terkadang saya sering melihat dan berbuat karena ada akibat, belum mampu bagaimana menelaah yang disebut dengan sebab.
Di agama islam ada pernyataan “ Allah bersama orang-orang yang sabar”, sebuah pernyataan yang harus dipegang bahwa buah sabar itu lezat, meski kepahitan kita dalam menjalankannya. Pendidikan dan Kesabaran adalah dua mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Hilang sabar maka hilang didik.
Guru yang benar-benar mendidik tentu akan benar-benar bersabar. Terutama di era saat ini, perilaku anak didik sudah banyak dipengaruhi oleh beragam hal termasuk media internet misalnya. Tak sedikit dari perilaku para peserta didik meniru-niru gaya idolanya di dunia maya. Hal tersebut bukanlah menjadi masalah jika yang ditiru adalah hal yang positif. Lain halnya jika yang ditiru adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma agama dan bangsa Indonesia.
Perjuangan guru saat ini lebih berat lagi. Hal ini dipengaruhi dari sumber-sumber negatif yang dikonsumsi oleh peserta didik dan jauh dari kontrol guru ataupun orang tua. Gempuran budaya yang tidak sesuai norma terpampang nyata dihadapan kita baik dari segi tontonan berupa film ataupun dari permainan-permainan komputer.
Lagi-lagi seorang guru harus mampu meningkatkan kesabaran guna menghadapi setiap kejadian yang ada dihadapan terutama dalam konteks pendidikan. Kasus-kasus perundungan, game online yang berlebihan, tawuran, gank dan lain sebagainya merupakan sebuah hal yang tentunya menjadi perhatian dalam dunia pendidikan.
Guru yang baik adalah guru yang betul-betul menebalkan kompetensi kesabarannya guna menghadapi setiap tantangan dalam pendidikan. (Yk)