Tidak Ada Murid Yang Bodoh
Oleh: Agus Zainal Arifin
Misalkan seorang guru sedang mengajar. Kata-kata yang digunakannya tidak efektif dan tidak efisien, nada bicaranya membosankan, dan badannya kaku tanpa ekspresi. Dalam kondisi seperti itu:
- Kalau sampai muridnya tidak paham, patutkah dia menganggap muridnya bodoh.
- Kalau sampai muridnya gaduh, patutkah dia menganggap muridnya bandel.
- Kalau sampai muridnya mengantuk, patutkah dia menganggap muridnya tidak memperhatikan.
Justru sebaliknya si pengajarlah yang harus merevisi diri. Menurut survey, efektivitas komunikasi itu
- 7% karena pemilihan kata;
- 38% karena nada bicara;
- 55% karena bahasa tubuh.
Merevisi diri berarti bersedia fleksibel menyesuaikan diri untuk mendapatkan cara mengajar yang terbaik. Tidak hanya memilih kata yang tepat belaka, tapi juga harus mengatur nada bicara dan bahasa tubuh, misalnya ekspresi wajah, gerakan mata, tekanan suara, dan penataan anggota badan lainnya.
Baiklah, tidak ada murid yang bandel, yang ada adalah murid yang belum beruntung mendapat guru yang fleksibel.
Sebagaimana konsep sebelumnya, tidak ada murid yang bodoh, yang ada adalah murid yang belum beruntung bertemu dengan guru yang baik.