Sehabis berlebaran terbitlah Hari Pendidikan

*Oleh : Yudhi Kurnia
Tahun ini perayaan idul fitri terasa istimewa terutama untuk guru-guru di Indonesia. Kenapa dikatakan demikian, karena setelah lebaran dan masih dalam suasana khasnya kita langsung dihadapkan pada perayaan hari pendidikan Nasional di tanggal 2 Mei 2023. Hampir di setiap tahun hadirnya idul fitri senantiasa menampilkan dinamika, salah satunya adalah adanya perbedaan dalam penentuan hari idul fitri itu sendiri. Bagi Indonesia hal ini adalah sudah biasa, berbeda pandangan akan tetapi masih koridor berkebangsaan, sama-sama saling memahami dan mengerti, perbedaan itu menjadi sebuah Rahmat.
Tentu kita semua mengetahui bahwa hari pendidikan nasional yang jatuh pada tanggal 2 Mei tidak lepas dari tokoh pendidikan kita yaitu Bapak Suwardi Suryaningrat. Beliau lahir pada tanggal 2 Mei 1889 dan wafat tanggal 26 April 1959. Nama Suwardi Suryaningrat ini lebih dikenal sebagai Ki Hajar Dewantoro, pendiri Taman Siswa. Selain itu, konsep pendidikan dengan 3 semboyannya yakni Ing Ngarso Sung tulodo, Imadyo Mangunkarso, dan Tut Wuri Handayani tentu sangat kental ditelinga kita. Bahwa, guru utamanya adalah sosok yang harus bisa menjadi teladan, membangun ide-ide dan menjadi sosok pengarah. Ketiga hal tersebut merupakan pegangan untuk pendidik, pemimpin atau siapapun.
Nama Ki Hajar Dewantoro dengan kiprahnya di dunia pendidikan tentu menjadi warisan terbesar bagi bangsa Indonesia saat ini. Hasil-hasil pemikiran orsinil yang dikembangkannya adalah sebuah produk lokal dalam pendidikan Indonesia. Hal ini wajib untuk diapresiasi. Mungkin saja ide atau gagasan terkait pendidikan yang dicetuskan oleh para pemikir di luar negeri sana bisa saja diterapkan di Indonesia dengan beragam penyesuaian, akan tetapi menggunakan pemikir-pemikir dan juga tokoh yang asli pendidikan Indonesia juga sangat banyak. Ambil contoh bagaimana seorang KH. Ahmad Dahlan, KH. Hasyim Asyari dan tokoh lainnya yang juga mengambil peran membangun peradaban melalui pendidikan. Buah pikir yang mereka tuangkan bisa diadopsi dan juga diamalkan di masa sekarang. Semenjak zaman dulu, Indonesia sejatinya tidak kekurangan pemikir dan tokoh intelektual dan berdedikasi. Hal ini menjadi sebuah keuntungan dan anugrah, bahkan pergerakan kemerdekaan Indonesia muncul dari para pemikir-pemikir diantaranya ada H.O.S Cokroaminoto dan lain-lain.
Apabila kita berangkat dari masalah pendidikan, tentu akan banyak sekali pekerjaan rumah di dunia pendidikan yang belum terselesaikan dengan baik. Perkara kesenjangan pendidikan, kesejahteraan guru, pergantian kurikulum, tidak meratanya pendidikan di wilayah Indonesia, kesulitan untuk menghadirkan guru-guru di pelosok dan masih banyak perkara lain yang wajib menjadi perhatian terutama bagi pejabat di kementerian pendidikan.
Kualitas pendidikan di Indonesia jika diukur dari perolehan prestasi di PISA masih sangat memprihatinkan. Meskipun untuk mengukur tingkat ketercapaian pendidikan bukan dilihat dari perolehan prestasi di PISA saja. Banyak aspek sebetulnya yang bisa menjadi indikator dari kemajuan ataupun kemunduran pendidikan di negara kita ini.
Pendidikan Indonesia itu unik, hal ini disebabkan gemar berganti kurikulum saat pejabat di kementrian itu berganti. Indonesia telah berganti kurikulum sebanyak 12 kali, terhitung sejak Indonesia merdeka. Yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006, 2013, dan 2015, terakhir tahun 2022 (Kurikulum Merdeka). Bagi sebagian kalangan pergantian kurikulum adalah keniscayaan, sebagian yang kontra mengatakan hanya menghabiskan anggaran dan lain sebagainya. Guru merasakan pergantian kurikulum berdampak pada kegiatan pembelajaran dan aktifitas di sekolah. Hingga tak jarang saat kurikulum baru berlaku tak sedikit guru-guru yang menggerutu.
Di dunia pendidikan, khususnya di Indonesia banyak sekali aspek yang harus diperhatikan. Konsep kebijakan hulu-hilir masih berlaku, padahal Manajemen Berbasis Sekolah dinilai lebih mampu memberdayakan sekolah. Pendidikan di Indonesia perlu terus untuk dibenahi. Hal ini akan berdampak terhadap peningkatan mutu pendidikan di Indonesia tentunya.
Di hari pendidikan nasional tahun ini, sebagai insan dunia pendidikan baiknya kita terus merenung, berkontemplasi, muhasabah diri atas segala aktifitas kita. Temukan hal-hal yang menjadi kekurangan dalam diri untuk diperbaiki di masa yang akan datang. Kemuliaan pendidikan itu tidak dihadirkan secara instan, ada tangan dingin guru-guru yang ikhlas memberikan pendidikan untuk anak-anak negeri. Kurikulum boleh saja berganti, peraturan demi peraturan silakan saja berubah, akan tetapi guru wajib tetap berkiprah. Guru saat ini tidak lagi hanya berada di ruang kelas, menunggu para siswanya masuk kemudian belajar. Guru teladan adalah yang mampu berinovasi, terus belajar, dan ikhlas mengajar. Tentu kita ketahui bersama, tokoh-tokoh di era kemerdekaan sebagian besar adalah berprofesi sebagai guru/pendidik.
Selamat Hari Pendidikan Nasional – untuk semua Guru.
*Guru SMP Muhammadiyah 8 Bandung, Mahasiswa S2 Manajemen Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
2 Comments
Kurikulum boleh berganti tapi fungsi guru sebagai pendidik takan terganti. Tugas guru adalah ikut mencerdaskan anak Bangsa.
Astukah Resti Dirindari
PW Kepri
Sdit Attaubah Batam
Betul sekali, Ibu