Mohammad Holis, Kepala Madrasah Asal Madura, Berprestasi Tingkat Nasional
”JANGAN merasa aman di zona nyaman sehingga terus ada kreativitas membangun peradaban melalui pendidikan.” Komitmen itu yang terus dipegang Mohammad Holis. Baginya, mengelola madrasah butuh pola kepemimpinan yang profesional. Tidak mudah untuk mewujudkan itu. Dibutuhkan kehadiran pemimpin kreatif, inovatif, dan rela berkorban demi memajukan pendidikan.
Holis merupakan kepala MTsN 3 Pamekasan yang sukses membawa lembaganya berprestasi di kancah nasional. Pria kelahiran 25 Maret 1975 ini menerapkan cara out of the box atau keluar dari kebiasaan dalam melakukan inovasi. Dia juga menjadikan pengembangan madrasah sebagai ladang dakwah.
Karena itu, dia tidak memiliki paradigma profit oriented. Misi untuk membawa madrasah lebih maju selalu menjadi motivasi. Komitmen itu terbukti mengantarkan lembaga yang dikelolanya menjadi sekolah idaman masyarakat.
Holis melakukan berbagai hal penting. Di antaranya, pengelolaan berbasis multikultural serta supervisi kegiatan dan program madrasah. Kemudian, menerapkan entrepreneurship madrasah. ”Dengan demikian, sekolah tidak bergantung pada BOS dan meminta-minta kepada wali murid dengan modus apa pun,” terangnya kepada Jawa Pos Radar Madura (JPRM).
Dengan prinsip itu, MTsN 3 Pamekasan sukses menjadi madrasah rujukan program SKS MTs di Indonesia. Bahkan Maret lalu sudah ada tiga penghargaan yang diraih. Yaitu, sebagai The Most Inspiring Leaders & Professional Figure of The Year 2019, The Most Favorite School in Quality Education Program of The Year 2019, dan The Best Islamic School in Achievement & Development of Learning Innovation 2019.
Selain sukses mambawa lembaganya berprestasi, dia adalah satu-satunya guru dari Madura yang terpilih sebagai peserta shotcoure di Seoul National University of Education (SNUE) Korea Selatan 28 April–05 Mei 2019. Kesempatan tersebut diraih setelah ia dinobatkan sebagai juara pertama Kepala Madrasah Tsanawiyah Berprestasi tingkat nasional pada 2017.
Penghargaan itu diraih dalam ajang Anugerah Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah Berprestasi 2017 di Tangerang Selatan, Banten, 22–24 November. Dia berangkat ke Korea Selatan bersama 21 GTK madrasah lain dari berbagai provinsi.
Mereka bertolak dari Bandara Soekarno Hatta, Jakarta, Minggu (28/4) sekitar pukul 20.00. Mereka terbang menuju Incheon International Airport, Seoul, Korea Selatan. Selama sepekan mereka akan menjalani perkuliahan singkat di SNUE. Mereka bakal dibimbing Prof. Yu Cheol, Prof Yun Ji Yoon, Prof Lee Yeong Hee, Prof Sin Yee Yon, dan Prof Kim Dong Sop.
Di negeri yang terkenal dengan musik populernya K-Pop itu, mereka akan belajar manajemen pendidikan. Sebab, di sana tercatat sebagai negara dengan manajemen pendidikan nomor satu di dunia.
Peserta juga akan mengunjungi Kedutaan Besar Republik Indonesia dan kunjungan lapangan ke sejumlah sekolah. Salah satunya, Seoul National University Middle School.
Korea Selatan dipilih karena termasuk salah satu negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia. Pendidikan di Korea Selatan mampu menggeser peringkat Finlandia. ”Sistem pemerintahan Korea Selatan bersifat sentralistik,” terang suami Nurul Umayah itu.
Dengan sistem tersebut, kebijakan pemerintah di bidang pendidikan dapat dijalankan tanpa harus mendapat persetujuan badan legislatif daerah. Seperti yang terdapat pada pemerintahan sistem desentralisasi. ”Korea Selatan memiliki prinsip pendidikan jika tidak jadi manusia yang unggul, kami akan mati” terang pria yang pernah mengikuti kegiatan studi visit pendidikan ke Brunai Darussalam pada 2017 itu.
Korea Selatan juga dinobatkan sebagai negara dengan jam pelajaran sekolah terlama di dunia. Sekitar 50 jam sepekan. Juga menerapkan kedisiplinan dan keteraturan yang ketat. Menurut Holis, durasi belajar siswa di sekolah yang panjang sangat pas untuk menanamkan kedisiplinan dan kebiasaan baik dan khas.
Seperti menghormati guru, makan menu makanan yang sama dan menyehatkan di sekolah, sekolah tidak menyediakan tisu di toilet, dan mengenakan sepatu yang sama saat berada sekolah.
Korea Selatan juga menggenjot pendidikan formal. Pemerintah mewajibkan semua warga menempuh pendidikan dasar 12 tahun atau minimal hingga selesai SMA dan dibiayai pemerintah. Hasilnya, Korsel menjadi salah satu negara dengan angka melek huruf tertinggi di dunia.
”Memiliki akses internet yang lancar, guru dijunjung tinggi di Korea Selatan. Sekolah full sampai hari Sabtu. Siswa wajib mengikuti bimbingan belajar dan fasilitas pendidikan sangat lengkap,” terangnya.
Holis menilai, sistem tersebut patut dijadikan pembelajaran bagi sistem pendidikan di Indonesia. Di sinilah kekuatan elemen pemerintah dan masyarakat perlu disatukan. Mutu pendidikan yang baik tidak akan bisa lepas dari intervensi pemerintah dan masyarakat.
Program itu diharapkan berdampak positif bagi pendidik dan tenaga kependidikan. Terutama dalam meningkatkan karir dan mutu pendidikan madrasah.
(Sumber: https://radarmadura.jawapos.com)
1 Comment
tetap semangatttttt’ muachhhhhhh