Dhuha

Hotel Melia Purosani, Yogyakarta pukul 8 pagi.
Urusan Kang Bejo di Yogyakarta sudah selesai. Pagi itu dia akan kembali ke Jakarta dengan pesawat yang dijadwalkan berangkat pukul 10.35
Rencananya, pukul 8 Kang Bejo akan berangkat ke Bandara Adi Sucipto. Pukul 7 semua barang-barang bawaan sudah rapi dimasukkan ke dalam tas. Kang Bejo sudah berpakaian lengkap termasuk sudah mengenakan sepatu, siap setiap saat untuk berangkat.
Masih ada cukup waktu bagi Kang Bejo untuk sarapan di restoran hotel. Sayang kalau dilewatkan. Apalagi sarapan sudah termasuk tarif hotel.
Karena keasyikan ngobrol dengan rekan bisnisnya ketika sarapan, waktu sudah pukul 8.25. Kang Bejo buru-buru pamit dan kembali ke kamar untuk mengambil tas.
Sesampainya di kamar, reflek Kang Bejo memicu alarm yang membangunkan prosesor rohaninya. Prosesor ini mengingatkan Kang Bejo untuk melakukan sholat Dhuha. Kang Bejo memang berusaha menjaga sekuat tenaga untuk tidak meninggalkan sholat dhuha.
Tapi otak Kang Bejo memicu alarm jenis lain yang berhubungan prosesor berdimensi rasionalitas, keeksakan dan bersifat matematis. Sebut saja ini prosesor jasmaniah.
Kedua prosesor itu tidak bisa berkompromi dan saling mematahkan. Ketika prosesor ruhani mendorong agar Kang Bejo melaksanakan sholat Dhuha, prosesor jasmaniah mengingatkan bahwa sudah tidak waktu untuk sholat Dhuha karena bisa ketinggalan pesawat.
Ketika prosesor rohani beragumentasi “Toh paling lama cuma 5 menit”, prosesor jasmaniah menukasnya dengan “Lima menit bisa berakibat fatal, ketinggalan pesawat, ya kalau mudah mencari jadwal lain, kalau tidak, bisa-bisa harus diundur esok harinya. Kalau sampai mundur esok harinya, agenda bisa berantakan”.
Prosesor ruhani mempertajam argumantasinya dengan “Masa urusan dunia lebih penting dari urusan dengan Allah”.
Prosesor jasmaniah hampir menyerah, tapi tidak. Argumentasinya adalah “Allah sendiri yang menganugerahkan akal kepada manusia untuk berpikir rasional dan eksak. Hitungan matematisnya jelas, Berangkat dari hotel 8. 45, normalnya lama perjalanan sekitar 45 menit, sampai bandara 9.30. Teorinya sih cukup waktu. Tapi bagaimana kalau lalu lintas macet.
Jurus prosesor jasmaniah hampir meruntuhkan pertahanan prosesor ruhaniah. Satu-satunya cara untuk membungkam prosesor jasmaniah adalah dengan mematikannya.
Kang Bejo melepas sepatu, melangkah ke kamar mandi, mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat Dhuha.

