Guru dan Pengelolaan Keuangannya
Oleh: Yudhi Kurnia, M.Pd
Dalam era ini, banyak individu yang memilih profesi sebagai guru, namun penghasilan mereka dapat bervariasi. Guru-guru yang bekerja di sekolah kecil dengan jumlah siswa terbatas, terutama di sekolah swasta, cenderung mendapatkan penghasilan yang lebih rendah. Sebaliknya, di sekolah besar dengan biaya masuk tinggi dan fasilitas yang baik, penghasilan guru dapat lebih baik.
Sayangnya, banyak guru di daerah terpencil masih menghadapi kondisi yang jauh dari sejahtera. Akses terhadap teknologi dan kemudahan lainnya seringkali sulit ditemukan. Sebuah kisah menggambarkan seorang guru yang rela naik ke bukit hanya untuk mendapatkan sinyal internet demi mengumpulkan berkas daring guna memenuhi administrasi tunjangan secara online.
Pendapatan utama seorang guru berasal dari gaji, dan meskipun cukup untuk memenuhi kebutuhan bulanan, seringkali tidak sebanding dengan profesi lain. Banyak guru juga menjalankan kegiatan sampingan untuk mengatasi kebutuhan hidup. Namun, apakah pendapatan bulanan mereka cukup untuk menjamin kesejahteraan?
Guru, yang kesehariannya dihabiskan di sekolah dengan banyak tugas, kesulitan untuk mengejar penghasilan tambahan. Saya sendiri pernah mencoba menyimpan barang dagangan di koperasi sekolah sebagai sumber penghasilan tambahan, namun hal ini terhenti karena jarak yang terlalu jauh dan tidak menguntungkan.
Dengan mempertimbangkan perbandingan penghasilan guru dengan anggota dewan, dapatkah guru menghasilkan pendapatan yang cukup dari aktivitas selain mengajar? Mampukah mereka memenuhi kebutuhan yang terus meningkat setiap tahunnya, atau melanjutkan pendidikan untuk meningkatkan kompetensi dengan biaya sendiri?
Sebagai seorang guru, saya menyadari pentingnya mengelola keuangan. Dalam konsep manajemen keuangan, baik secara umum maupun khusus untuk guru, ada tiga hal yang perlu diperhatikan: kemampuan menghasilkan uang, keterampilan membelanjakan uang, dan kebijaksanaan dalam berinvestasi.
Bagi guru yang ingin meningkatkan penghasilan selain dari mengajar, pertimbangkan untuk mencari peluang di bidang lain yang relevan dengan profesi atau bahkan berbeda jauh. Keahlian dalam manajemen keuangan, seperti yang diuraikan dalam buku “8 Top Life Skills” oleh Yudhia Antariksa, dapat membantu guru mengelola keuangan dengan lebih baik.
Dalam konteks manajemen keuangan, langkah pertama adalah menjadi cakap dalam menghasilkan uang. Misalnya, guru dapat mengembangkan kompetensi terkait profesinya atau mencoba berbagai bidang seperti menulis, membuat konten, atau fotografi. Langkah kedua melibatkan kebijaksanaan dalam membelanjakan uang, terutama di era belanja online yang memudahkan kita untuk tergoda membeli barang yang sebenarnya tidak terlalu diperlukan. Langkah terakhir adalah berinvestasi dengan bijak, baik melalui pelatihan tambahan yang berbayar maupun melalui investasi keuangan seperti reksadana.
Dengan mengikuti langkah-langkah ini, diharapkan guru dan rekan seprofesi dapat meraih kebahagiaan dalam mengelola keuangan mereka. Setiap usaha dalam mengelola keuangan diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti. (yk)