BUAH KESABARAN & KEIKHLASAN DALAM PENGABDIAN

(Rino Lusiyono Lucius, S. Pd – Guru Penjaskes SMAN 2 Mandor)*

Memilih jalan pengabdian sebagai guru bukanlah suatu paksaan, bagi saya menjadi guru adalah sebuah pilihan, dan menjalaninya dengan sepenuh hati adalah suatu kewajiban. Bagaimana mungkin saya hanya setengah hati menjalankan peran dalam konteks sebuah pengabdian, sedangkan didalamnya ada masa depan anak – anak bangsa yang dipertaruhkan.

Berawal dari selembar pamplet yang saya dapat dari seorang kerabat menghantarkan saya menjadi mahasiswa keguruan pada salah satu perguruan tinggi di Kalimantan Barat. Sebelum dinyatakan lulus ada perjuangan awal yang harus saya menangkan melalui berbagai tahapan seleksi yang cukup ketat. Bahkan saya sempat terkena sangsi tilang ketika akan mendaftar sebagai calon mahasiswa baru. Tak sampai disitu saya juga pernah mengalami insiden lalu lintas pada saat survey lokasi tes, beruntungnya nasib baik masih berpihak pada saya sehingga hanya mengorbankan sepeda motor yang saya kendarai. Tak sampai disitu saya ditilang untuk kedua kali sepulang dari tes wawancara karena kurangnya pemahaman jalur lalu lintas diperkotaan.

Setelah menamatkan pendidikan diploma-II, saya kembali melanjutkan pendidikan dijenjang strata-I di Malang. Jalan menuju sarjanapun saya lalui dengan perjuangan yang tidak mudah. Sebagai mahasiswa rantau kendala biaya merupakan hal umum yang sering saya alami. Bahkan beberapa permasalahan yang menyurutkan semangatpun pernah saya rasakan. Sampailah akhirnya saya bisa berdiri dengan rasa haru, bahagia sekaligus bangga bersamaan dengan ratusan wisudawan lainnya. Walaupun tanpa dihadiri oleh orang tua dan keluarga, tidak mengikis rasa syukur saya kepada Sang Pencipta.

Tak lebih dari dua minggu setelah mengantongi ijazah sarjana, saya diminta untuk mengajar sebagai guru honorer pada Sekolah Menengah Pertama. Berbekal keyakinan dan ilmu pengetahuan yang didapatkan ditambah beberapa kali praktek pengalaman lapangan, saya mantapkan diri untuk menerima tawaran tersebut. Sejak itulah saya mengawali karir sebagai seorang guru. Menghadapi suasa baru saya mencoba beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Beruntung sekali rasanya berada pada ruang lingkup yang sehat dan mendukung. Banyak ilmu bermanfaat, nasehat, motivasi dan pengalaman yang saya dapatkan selama disana. Dengan mengantongi honor Rp 80.000 setiap bulannya saya tetap bersyukur dan berusaha memberikan yang terbaik bagi sekolah. Kondisi itu berjalan selama kurang lebih 4 bulan lamanya, hingga akhirnya perlahan – lahan rezeki itu bertambah seiring dengan bertambahnya pula tanggung jawab yang diamanahkan kepada saya.

Belum berakhir satu semester saya mencoba peruntungan dengan mengikuti seleksi CPNS bersama dengan ribuan pendaftar lainnya. Berbekal usaha dan niat, dengan iringan doa serta dukungan kedua orang tua dan keluarga, saya dinyatakan lulus seleksi dan ditetapkan sebagai CPNS. Kembali saya mengucap syukur atas nikmat dan karunia yang diberikan Tuhan dalam hidup saya, setelah melewati perjalanan yang tak mudah, akhirnya saya bisa membanggakan dan mengangkat derajat kedua orang tua dengan jalan pengabdian sebagai PNS. Menjadi guru PNS atau bukan memang memiliki tanggung jawab yang serupa, namun setelah saya renungkan kembali antara penghasilan yang saya terima sebelumnya dengan keadaan yang selalu saya syukuri sampai saat ini,  itu bagaikan langit dan bumi yang teramat jauh perbandingannya. Bahkan dulu saya sempat merahasiakan gaji bulanan yang saya terima agar tidak membebankan pikiran orang tua.

Saat ini saya telah mendedikasikan hidup saya sebagai guru kurang lebih 12 tahun lamanya. Ada begitu banyak cerita suka duka, tawa dan air mata yang saya rasakan. Teringat jelas suatu ketika menghadapi orang tua yang anaknya mengalami patah tangan ketika praktek voli. Perasaan yang bercampur aduk pada waktu itu, apalagi berada pada lingkungan yang masih menjunjung tinggi adat dan tradisi. Berkat komunikasi yang baik dan dukungan pihak sekolah masalah itu dapat terselesaikan dengan damai. Ada juga yang datang kesekolah dengan menduduki jabatan tertentu kemudian memprotes tindakan saya karena pelanggaran yang dilakukan anaknya. Ada pula orang tua yang datang kesekolah mempertanyakan nilai raport yang dianggap rendah dan berniat untuk mengubah nilai tersebut. Ada lagi yang mempertanyakan mengapa anaknya tidak mendapatkan bantuan PIP, dan masih banyak cerita lainnya yang menjadi bumbu pelengkap dalam kisah hidup saya. Namun semua tantangan itu tidak menyurutkan niat saya dalam mengabdi, saya tetap mengaktualisasikan diri melalui berbagai kesempatan dan kegiatan, sampailah pada tahun 2017 saya mendapatkan undangan mengikuti PLPG dan dinyatakan lulus sertifikasi guru sebagai Guru Profesional.

Bagi saya menjadi guru jangan hanya pasrah pada keadaan, jangan sampai terkikis zaman, kita harus keluar dari zona nyaman untuk membentuk perubahan yang lebih baik. Kita senantiasa harus meng-upgrade diri dengan hal – hal yang dapat meningkatkan kapasitas dan kualitas diri, mengembangan diri secara personal  serta mampu menggerakkan dan memotivasi orang lain. Hal itu saya wujudkan dengan mengikuti berbagai kegiatan disela – sela waktu mengajar. Terlebih ketika awal pandemi covid -19 kala itu, disela – sela pembelajaran daring saya mengisinya dengan membuat publikasi ilmiah, karya inovatif dan mengikuti berbagai webinar/pelatihan /pendidikan secara online. Mulai dari ;Guru Inovatif microsoft, Pembatik, Program Guru Penggerak dan webinar lainnya. Buah dari kegiatan tersebut menghantarkan saya menjadi Sahabat Rumah Belajar pada tahun 2020, dan menjadi guru Penggerak angkatan 1 pada tahun 2021. Tak sampai disitu saya juga mengajak guru – guru mengikuti kegiatan – kegiatan pengembangan diri dan menambahkannya melalui kegiatan IHT yang kami selenggarakan secara mandiri. Perlahan – lahan kami pun mulai berbenah diri dengan menerapkan Teknologi dalam berbagai proses belajar. Melalui tuntutan Pengembangan Diri, Publikasi Ilmiah dan Karya inovatif sebagai upaya dalam Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi guru saya mendorong diri dan rekan – rekan untuk dapat mengimplementasikannya dalam pembelajaran. Dengan demikian kualitas pembelajaran akan benar – benar dapat dirasakan bagi murid, bonus lainnya yaitu saya bisa memperoleh angka kredit untuk menunjang karir saya sebagi guru PNS.

Cerita hidup ini saya bagikan bukan tentang status atau label seorang guru dimasyarakat, bukan pula tentang kesejahteraan atau materil semata, karena bagi saya bukan itu tolak ukur kebahagiaan dan keberhasilan seorang guru. Cerita ini hanya sebuah pengingat dalam kehidupan saya, agar saya selalu bersyukur dalam menjalani pilihan hidup yang telah saya pilih.  Saya percaya setiap sesuatu yang berangkat dari ketulusan dan keikhlasan akan melahirkan keberkahan dan kenikmatan yang tak terduga. Jangan pernah berkeluh kesah, jangan patah semangat dan jangan pernah menyerah, karena Tuhan tau apa yang kamu perlukan dalam hidup ini. Bukan tentang semua yang kamu inginkan, melainkan apa yang benar – benar kamu butuhkan, karena saya percaya Tuhan akan menyiapkan hal – hal baik menurut rancangannya, bahkan dibalik cerita pahit sekalipun.(*)

Spread the love

Yudhi Kurnia

redaksi@satuguru.id

Related post

6 Comments

  • Cerita yg memotivasi kita dimana tetap harus bersyukur dan berusaha dengan apa yang sudah kita dapat. Jangan mengeluh jalani semua dgn ikhlas pasti Tuhan selalu menyertai kita

  • Cerita yang sangat menginspirasi, semoga terus semangat dalam mengabdi. Kami semua mendukung Bapak.

    ttd
    smanda team

  • Kagum,bangga dan termotivasi dengan cerita bapak,semoga saya bisa seperti bapak, sukses selalu pak🙏🏻

  • Panutan bgt, guru yang menginspirasikan anak muda,,,
    Sehat selalu pak

  • Keren Pak, semoga semakin menjadi guru yang selalu sabar, kuat dan dapat dicontoh oleh muridnya…

  • Semangat terus pak dan tulisan nantural atau naratif teksnya ringan untuk dibaca. Terus maju untuk terus berkolaborasi di dunia pendidikan menjadi transformasi yg lebih baik. 👍👍

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *