Mengapa Guru Harus Sejahtera?
Ketika masih duduk di bangku sekolah, kita belum terlalu menyadari betapa penting dan sakralnya profesi seorang guru. Hal yang kita ketahui adalah mereka adalah orang tua kita di sekolah dari pagi hingga siang/sore hari. Mereka bertugas memberikan ilmu pengetahuan di dalam kelas, memberikan tugas rumah, dan menguji kemampuan kita dalam periode tertentu. Bahkan, tak jarang ada di antara kita yang segan dan tidak menyukai mereka. Mengapa demikian? Semua kegiatan belajar dari pagi sampai siang/sore hari membuat kita pusing tujuh keliling. Dalam pikiran, hal yang terbayang adalah asyiknya bermain bersama teman-teman.
Seiring berjalannya waktu, kita beranjak dewasa. Sewaktu duduk di bangku SMA, pandangan kita terhadap guru menjadi berubah, bergeser ke sisi yang jauh lebih baik. Kita jauh lebih paham bahwa cita-cita dan profesi yang menjadi harapan di masa depan memerlukan peran guru di dalamnya. Bahkan, keseriusan menggapai cita-cita melalui pembelajaran di perguruan tinggi, membutuhkan peran guru yang sangat besar.
Kini, ketika sudah menjadi orang tua, profesi guru menjadi tak terelakkan perannya. Sebagai sebuah keniscayaan bahwa proses yang begitu sakral ketika orang tua mempercayakan isi kepala dan pembangunan karakter anak-anaknya kepada guru di sekolahnya. Inilah yang dinamakan pembelajaran sepanjang waktu.
Setelah menjadi orang tua, kita semakin tersadarkan bahwa pentingnya sebuah pendidikan. Orang tua akan berusaha sebaik mungkin memberikan pendidikan kepada anak-anaknya. Begitu juga pentingnya pendidikan dalam diri kita sebagai upaya memberikan kehidupan yang lebih baik dari segi pekerjaan dan finansial.
Semakin melek terhadap pendidikan, semakin mengerti pula bahwa kesejahteraan seorang guru merupakan sesuatu yang harus diperjuangkan dan dipertahankan. Mengapa demikian? Di tahun-tahun pertama tumbuh kembang anak, orang tua adalah madrasah pertama anaknya. Orang tualah yang pertama kali menjadi sekolah sang anak. Anak diajari berbicara, berjalan, makan, basic practical life, ilmu agama dasar, dan sebagainya. Orang tua merasakan sendiri betapa krusialnya pengetahuan yang bisa diserap anak-anak. Bahkan, sesekali ada juga orang tua yang frustrasi dengan milestone anaknya yang kadang terlambat.
Kita dapat membayangkan betapa beban berat itu terlimpah kepada seorang guru. Seorang guru harus mengemban tugas sebesar lautan, bertanggung jawab terhadap puluhan bahkan mungkin ratusan siswa. Perkembangan pendidikan dengan karakter dan etos belajar setiap anak yang berbeda-beda. Inilah yang menjadi fokus utama ketika memperhatikan seorang guru. Kesejahteraan guru harus menjadi yang utama. Dapat dibayangkan ketika gurunya kurang sejahtera, apa yang akan terjadi? Sebab, untuk bisa menguasai sebuah kelas, terlebih dulu ia harus bisa menguasai dirinya sendiri, yang pastinya membutuhkan hati dan kepala yang jernih.
Untuk mencapai sebuah kejernihan hati dan kepala, diperlukan ketenangan jiwa. Hal tersebut otomatis akan didapatkan jika seseorang sudah sejahtera. Kata ’sejahtera’ ini bukanlah dalam konteks yang mewah. Sejahtera yang dimaksud adalah sebuah kestabilan dalam hal rutinitas gaji yang cukup dan tidak tertahan-tahan, tunjangan kesehatan, dan lingkungan kerja sekolah yang bersih dan kondusif. Ketika itu semua terpenuhi dengan baik, proses transfer ilmu yang terjadi antara guru dan siswa akan terlaksana dengan khidmat.
Proses transfer ilmu yang baik itulah yang dibutuhkan. Dalam hal tersebut, guru ini sedang memupuk sebuah generasi baru yang kelak akan menjadi penerus di masa mendatang. Kita butuh generasi yang terpupuk dengan baik secara adab serta secara ilmu di tengah carut marut negara ini. Kembali ke persoalan awal, ketika gurunya sejahtera, sejahteralah negeri ini! (tnp)