Pekan Olahraga Antar Kelas dan Nilai-nilai sportivitas
*Oleh : Yudhi Kurnia, M.Pd
Pertandingan yang melibatkan aktivitas fisik seperti pertandingan olahraga sangat disukai oleh para siswa di sekolah. Hal ini terbukti dengan antusiasme yang tinggi dari siswa dalam setiap event kegiatannya. Bahkan, kegiatan semacam pekan olahraga antar kelas di setiap akhir semester itu senantiasa dinantikan. Banyak cabang olahraga yang dipertandingan seperti volley ball, futsal, basketball, badminton. Masing-masing olahraga tersebut mempunyai tingkat disenangi oleh siswanya cukup tinggi. Melalui antusiasme yang tinggi ini bisa dipastikan, dan benarlah apa yang telah didapati dalam berbagai hasil penelitian, aktivitas fisik itu sangat disenangi.
Guru, orang tua, dan sekolah tentunya harus mampu menangkap bahwa dalam aktivitas pertandingan olahraga terkandung nilai-nilai pembelajaran yang bagus. Selain melatih fisik, tentunya di setiap pertandingan diperlukan yang namanya sportivitas. Sportivitas adalah turunan dari nilai karakter. Betapapun tinggi nilai kemampuan seseorang dalam bidang olahraga, jika tidak dibarengi oleh sportivitas yang tinggi tentu tidak akan ada nilai. Maka, kegiatan pertandingan yang bernuansa kompetisi ini harus tetap menjunjung tinggi nilai sportivitas.
Sebuah ungkapan mengatakan, bahwa “Di setiap pertandingan kalah menang itu hal yang biasa, hal yang luar biasa adalah siapapun yang menang tidak menjadi jumawa, dan untuk yang kalah tidak pernah berputus asa.” Nilai ini wajib ada dan dibelajarkan di lingkungan sekolah. Hal ini akan berdampak pada masa depan para siswa di sekolah. Jika nilai sportivitas digaungkan di masa kini, maka kita akan menemukan para pemain “asyik” di masa depan.
Pada masa menunggu hasil ujian di akhir semester seperti sekarang ini maka sekolah harus memprogramkan juga kegiatan dalam mengisi kegiatan saat menunggu pembagian rapor nantinya. Salah satu kegiatan tersebut adalah dengan kegiatan Pekan Olahraga Antar Kelas (PORAK). Terkadang program ini jarang atau tidak pernah ada tertulis dalam program sekolah, sebagian hanya menganggap itu sebatas program yang dijalankan oleh para siswa Intra sekolah saja. Sehingga jarang untuk bisa dimaksimalkan terutama dalam pengelolaannya.
Di PORAK ini sekolah atau guru-guru sebetulnya bisa juga melihat bagaimana para siswanya “berlaga” di setiap pertandingannya. Bisa saja, atau ada kemungkinan ada anak yang dalam penilaian akademiknya tidak begitu bagus, akan tetapi pada saat kegiatan pertandingan melihat hal yang luar biasa, maka bisa dijadikan sebagai sebuah pertimbangan dalam penilaian.
Mari jadikan Porak tidak hanya sekadar untuk mengisi kekosongan kegiatan pada saat ramai guru-guru memproses penilaian, akan tetapi porak adalah juga sarana membangkitkan nilai-nilai karakter terutama dalam hal sportivitas, kejujuran dan kedisiplinan.
*Guru SMP Muhammadiyah 8 Bandung/ Alumni S2 Manajemen Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta,