Mengajarkan Pola Pikir Tumbuh

 Mengajarkan Pola Pikir Tumbuh

Isnawan Aslam *)

Pendekatan pendidikan yang ditawarkan oleh seorang psikolog pendidikan Benyamin Samuel Bloom adalah berdasarkan prinsip bahwa setiap anak sudah punya potensi. Pendekatan ini disebut pendekatan humanistik, yaitu menekankan pada perkembangan positif, berfokus pada potensi manusia untuk mencari, menemukan dan mengembangkan kemampuan yang mereka punya.

Allah pun sudah membekali setiap manusia dengan potensi yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lain dimuka bumi. Dalam firmanNya dikatakan “Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.

Tugas guru ‘tinggal’ menemukan bakat dan minat anak dan mengembangkankannya dengan mengoptimalkan segala kompetensi yang dimiliki guru dan sumberdaya yang ada di ekosistem pendidikan (sekolah, kurikulum, orangtua dan lingkungan). Meskipun ‘tinggal’, tapi justru inilah tugas yang menguras energi guru selama menjalani profesinya.

Apabila guru sudah dapat menemukan bakat dan minat siswa, dan siswa sudah berhasil dipahamkan dengan bakat dan minatnya, maka siswa tersebut bisa dikatakan sudah menjadi ‘setengah manusia’. Untuk menjadi ‘manusia utuh’ tinggal dikembangkan dan ditumbuhkan bakat dan minat tersebut semaksimal mungkin.

Jika anak sudah mengenali dan meyakini bakat dan minatnya, maka anak akan mempunyai passion terhadap bakat dan minatnya. Anak akan antusias dan asyik mengembangkannya tanpa disuru-suruh. Sesuatu yang dikerjakan dengan antusias dan asyik pasti akan menghasilkan output dan outcome yang maksimal.

POLA PIKIR TUMBUH
Agar passion anak terus terpelihara dan tetap semangat mengembangkan bakat dan minatnya, anak perlu dibekali dengan seperangkat pola pikir. Pola pikir adalah sekumpulan keyakinan, kepercayaan, dan asumsi yang membentuk cara kita memandang dunia dan diri kita sendiri. Pola pikir dapat memengaruhi cara kita berpikir, bertindak, dan merasa.

Salah satu pola pikir yang perlu diajarkan dan ditanamkan kepada siswa adalah pola pikir tumbuh (growth mindset). Pola pikir tumbuh ini diperkenalkan oleh Carol Dweck (2016).

Dengan pola pikir tumbuh, siswa meyakini bahwa kemampuan dan bakatnya dapat berkembang seiring waktu melalui kerja keras dan usaha. Siswa yang mempunya pola pikir tumbuh percaya bahwa mereka dapat belajar hal-hal baru, bahkan jika mereka tidak memiliki bakat alami untuk melakukannya. Mereka juga percaya bahwa kegagalan adalah bagian dari proses belajar dan pertumbuhan.

Dengan pola pikir tumbuh ini, siswa akan menghidupkan, memelihara dan membarakan mimpi, imajinasi, dan cita-cita. Mimpi, imajinasi dan cita-cita tersebut yang kemudian akan membangkitkan energi positif untuk terus bergerak mengejar mimpi tersebut.

Studi Mc Kinsey di 72 negara tentang prestasi akademik siswa di sekolah menyimpulkan bahwa faktor yang paling berpengaruh adalah siswa-siswa yang memiliki pola pikir tumbuh akan penuh dengan motivasi untuk terus berprestasi, bukan sekolah, guru, atau orang tua.

Tidak mengherankan apabila ada seorang siswa yang berasal dari desa terpencil dengan sekolah dan guru yang serba terbatas dan orang tua yang miskin tetapi dapat mempunyai prestasi yang hebat, dan kemudian diterima di perguruan tinggi dan sekarang mempunyai karier yang sukses.

Bagaimana caranya menanamkan pola pikir tumbuh. Kisah-kisah sosok sukses di bidang apapun pasti dapat dijadikan narasi inspirasi menggugah semangat siswa untuk mematok mimpi yang tinggi. Memacu siswa untuk ‘menentukan’ takdirnya sendiri dengan bekerja sungguh-sungguh, disiplin dan pantang menyerah.

Setiap siswa adalah pribadi istimewa, unik dan paripurna sebagai mahkluk. Keyakinan kita tersebut ini sejalan dengan pengakuan kita sendiri yang ‘diwakili’ oleh firmanNya, ‘Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia’.

*) Pegiat Pendidikan

Spread the love

Yudhi Kurnia

redaksi@satuguru.id

Related post

1 Comment

  • Bagian dari memantaskan diri. (Guru Informatika SMP Taruna Bakti Bandung)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *