MENGASAH GAYA BELAJAR MURID UNTUK MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN DIFERENSIASI PADA KURIKULUM MERDEKA

*Penulis : Ibay Toyyibah, M.Pd

  1. Pendahuluan

Peristiwa Pandemi Covid-19 yang sudah mampu diselesaikan dengan baik oleh Pemerintah Indonesia sehingga kondisi masyarakat segera bangkit dan pulih untuk semangat melanjutkan kegiatan seperti sediakala. Begitu pula di bidang Pendidikan dengan cepat memperbaiki keterpurukan pada turunnya kualitas pendidikan dari beberapa segi, misalnya turunnya minat belajar, pemahaman terhadap substansi materi juga kurang baik, karakter murid juga harus diberikan solusi untuk lebih baik.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) terus melakukan terobosan-terobosan kegiatan yang menyasar sampai ke lapisan bawah, dengan tujuan untuk lebih cepat perubahan. Perubahan dapat dilakukan dari hal kecil dan sederhana yang dapat digerakkan oleh orang-orang yang ada pada tempatnya. Misal di sekolah yang melakukan perubahan mulai dari Kepala Sekolah, Guru, Tata Usaha, Siswa dan semua orang yang terkait di sekolah tesebut.

Program Kurikulum merdeka digulirkan oleh Kemendikbudristek, untuk cepatnya penyerapan Kurikulum merdeka, salah satunya ada Program Sekolah Penggerak, Guru Penggerak.yang dapat berkontribusi pada sekolah masing-masing untuk melakukan perubahan yang dimulai dari hal sederhana untuk kemajuan murid dan semua berpusat untuk murid.

Sejalan dengan pemikiran filsofis Ki Hajar Dewantara bahwa kita melakukan pengajaran dan pendidikan yang paling utama adalah menuntun, menjadi among untuk murid kita di kelas. Untuk memudahkan dalam pengelolaan kelas yang penuh dalam rombongan kelasnya, maka pemerintah juga memberikan solusi dengan pembelajaran diferensiasi, artinya semua murid dapat dilayani dengan baik secara holistik sehingga belajar nyaman dan menyenangkan.

Maka untuk menerapkan pembelajaran diferensiasi di kelas-kelas, maka harus dipersiapkan oleh Pendidik tentang data atau informasi siswanya, seperti gaya belajar yang disenanginya. Tujuan diketahui gaya belajarnya ini untuk memudahkan Pendidik mempersiapkan bahan-bahan atau materi yang dirancang yang dapat melayani kebutuhan murid dari gaya belajar yang mereka miliki.

Gaya belajar ini penting sekali diketahui oleh Pendidik terlebih dahulu, maka salah satunya caranya yang dijelaskan dalam kurikulum merdeka yaitu adanya asesmen diagnostic, yaitu tes awal. Maka Pendidik juga harus mempersiapkan melakukan untuk tes awal ini. Hal ii dapat dilakukan dengan penyebaran angket, wawancara atau bentuk lainnya.

Setelah diketahui hasil asesmen diagnostikya atau tes awalnya, maka ini dapat digunakan untuk penerapan pembelajaran diferensiasi. Untuk mengoptimalkan belajarnya maka harus dipraktekkan dalam pembelajaran para Pendidik supaya terus menjadi hebat.

  • Pembahasan

Pendidikan yang berkualitas merupakan keinginan setiap elemen masyarakat, dari pusat sampai bawah, namun dihadapkan dengan fakta bahwa masyarakat yang heterogen dan pembelajaran klasikal juga membutuhkan perubahan yang tidak mudah, maka diperlukan perubahan. Maka disitulah setiap peran diminta melakukan dari sekecil apapun yang membawa perubahan pendidikan di Indonesia.

Pembahasan ini berdasarkan beberapa pandangan baik dari  pemikiran Ki Hajar Dewantara yang melatarbelakangi pendidikan di Indonesia bangkit dengan munculnya perubahan kurikulum merdeka dengan salahsatunya pembelajaran diferensiasi yang layak diterapkan di kelas-kelas yang secara umum merupakan kelas gemuk, namun itu tidak menyurutkan pemerintah untuk tetap memberikan pelayanan kepada masyarakat bagaimana pendidikan tetap diserap dengan baik dan membawa murid  belajar nyaman dan menyenangkan.

  1. Pemikiran Ki Hajar Dewantara

Merujuk kepada pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD), bahwa pengajaran adalah proses pendidikan dalam memberikan ilmu atau faedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir bathin, sedangkan pendidikan adalah memberikan tuntunan terhadap segala kekuatan yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan kodrat setinggi-ingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. jadi pengajaran itu lebih untuk melatih keterampilan, kecakapan hidupnya, sedangkan pendidikan untuk humanis (penuh kasih sayang, hati yang bersih, jujur).

Dijelaskan juga dalam pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD), ternyata harus memperhatikan  kodrat, yaitu ada kodrat alam dan kodrat zaman. Pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat pada anak agar mereka mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia dan anggota masyarakat (KHD,1936, Dasar-Dasar Pendidikan, Hal. 1 Paragraf 4)

Kodrat alam adalah kekuatan, potensi atau keadaan diri yang secara alamiah melekat pada diri masing-masig murid, sedangkan kodrat zaman adalah kekuatan, potensi atau keadaan diri yang berubah sesui dengan kondisi sosial, budaya masyarakat atau perkembangan zaman. Maka sebagai Pendidik harus bijak mampu menempatkan murid pada posisi kekuatan yang dimilikinya dan juga melihat zaman dimana murid tersebut berkembang, jangan menyamakan situasi dahulu, hal itu tidak selaras dengan murid kita saat ini. Pendidikan dan pengajaran yang akan kita sampaikan kepada murid juga harus disesuaikan dengan kodrat alam dan kodrat zaman murid saat ini.

  • Perkembangan Kurikulum Merdeka

Kurikulum merdeka merupakan kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar murid memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. (https://ditspsd.kemendikbud.go.id). Pendidik pun akan leluasa dalam mengelola kelasnya dengan disesuaikan pada kebutuhan belajar dan minat peserta didik.

Perkembangan pendidikan sekarang menggunakan kurikulum merdeka yang memberikan ruang terbesar adalah berpusat pada siswa,  Dimana pendidikan sekarang sangat berbeda pada zaman pendidikan masa lalu. Di era perubahan pendidikan  yang merdeka belajar  mengarahkan pendidikan dan pengajaran semuanya untuk perubahan pada murid.  Menuntun merupakan guide yang seharusnya dilakukan bagi Pendidik pada murid untuk mencapai kodrat yang sebenarnya. Pendidik hanya dapat menuntun tumbuh dan kodrat pada anak-anak agar dapat memperbaiki  lakunya (bukan  dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. (KHD, 1936, Dasar-Dasar Pendidikan, Hal. 1 Paragraf 5.

  • Pembelajaran Diferensiasi

Kondisi pelaksanaan pendidikan hampir di seluruh Indonesia menggunakan rombongan belajar dalam1 (satu) kelas dengan kapasitas murid  di atas 40 siswa. dengan jumlah murid yang banyak tentu mengalami kesulitan untuk mencapai kompetensi pembelajaran.  Maka dengan adanya kurikulum merdeka menjawab kegelisahan dunia pendidikan dengan kondisi kelas yang penuh namun tujuan pendidikanpun harus terus mengayomi seluruh siswa untuk mendapatkan belajar yang nyaman dan menyenangkan, maka diperkenalkan pembelajaran diferensiasi. .

Pembelajaran diferensiasi merupakan pembelajaran holistik, dimana semua siswa yang ada dalam kelas tersebut dapat diberdayakan optimal.  Mengakomodir, memfasilitasi murid sesuai kebutuhannya, karena setiap murid memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga tidak bisa diperlakukan yang sama, bukan berarti membedakan murid pintar dengan yang tidak pintar atau memperlakukan tindakan yang berbeda untuk setiap murid. (Kemendikbud)

Diferensiasi merupakan upaya menciptakan ciri khas atau perbedaan dari sisi konten, proses dan produk. Tidak sekedar berbeda tetapi harus memiliki perbedaan yang kokoh dalam jangka waktu yang panjang. Karakteristik pembelajaran berdiferensiasi adalah lingkungan belajar mengundang untuk belajar, kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran secara jelas, terdapat penilaian berkelanjutan guru merespon kebutuhan belajar siswa dan manajemen kelas efektif. Lingkungan belajar yang mengundang murid belajar, disini letak fungsi guru sebagai fasilitator harus cepat melakukan perubahan. Mempersiapkan pembelajaran yang menarik yang disesuaikan gaya belajar murid, memberikan beragam kegiatan dan beragam pilihan.

Untuk menerapkan pembelajaran tersebut harus mengetahui terlebih dahulu minat dan bakat anak,, bagaimana cara mengetahuinya?.  Dalam kurikulum merdeka dikenal istilah asesmen. Asesmen adalah sebuah upaya untuk mendapatkan data atau informasi dari proses dan hasil pembelajaran untuk mengeahui seberapa baik kinerja siswa, kelas atau mata pelajaran dibandingkan dengan tujuan capaian pembelajaran tertentu (Masruria, 2021). Asesmen pembelajaran merupakan bagian penting dari pembelajaran yang tidak boleh ditinggalkan sehingga kegiatan asesmen harus dilakukan pengajar sebelum, selama dan setelah proses pembelajaran. Itulah sebabnya kemampuan melakukan asesmen merupakan kemampuan yang dipersyaratkan bagi tenaga pengajar (Fadilllah et al., 2021)

Pendidik harus mengetahui karakteristik murid, minat dan bakat untuk mengetahui perlakuan seperti apa yang harus diberikan kepada setiap anak, supaya peserta didik nyaman dan bahagia selama belajar. Asesmen yang dilakukan sebelum proses pembelajaran adalah asesmen diagnostik atau disebut juga tes awal. Tes awal adalah untuk mengidentifikasi kompetensi, kekuatan, kelemahan siswa sehingga pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan kompetensi dan kondisi siswa ( Rokhim et al., 2021). Tujuan dari tes awal adalah untuk mendiagnosis kemampuan awal siswa dan mengetahui kondisi awal siswa  (Kemendikbud, 2021)

Setelah data atau informasi berhasil dipetakan melalui tes awal tersebut, maka akan mengetahui kondisi muridnya terkait gaya belajarnya.  Macam-macam tipe gaya belajar yang akan diperdalam yaitu Auditori, Visual dan Kinestetik.

  1. Tipe Auditori  adalah gaya belajar dengan cara mendengar, yang memberikan penekanan pada jenis bunyi dan kata, baik yang diciptakan maupun yang diingat. Gaya belajar auditori adalah dimana seseorang lebih cepat menyerap informasi melalui apa yang ia dengarkan yang mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. pada gaya belajar ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap pengetahuan.
  2. Gaya belajar visual yaitu gaya belajar yang menyerap informasi terkait visual, warna, gambar, peta, diagram, peta, poster, grafik, teks dan lain sebagainya dan belajar dari apa yang dilihat oleh mata. Artinya bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka paham, gaya belajar ini mengandalkan penglihatan atau melihat dulu buktinya untuk kemudian mempecayainya. denga cara melihat sehingga mata memegang peranan penting.
  3. Gaya belajar kinestetik dapat belajar paling baik dengan berinteraksi atau mengalami hal-hal disekiarnya. Gaya pembelajar kinestetik cenderung mampu memahami ssuatu dengan adanya keterlibatan langsung, daripada mendengaerkan ceramah ayau membaca dari sebuah buku. gaya ini suka melakukan hal-hal dan menggunakan tubuh merka untuk mengingat fakta . gaya belajar ini dengan banyak menyentuh dan melakukan (https://akupintar.id<tes-gaya-belajar)

Di bawah ini akan dipaparkan tentang pandangan dari pemerintah, para ahli, umum dan secara personal terkait dengan pentingnya mengetahui gaya belajar dan cara mengetahuinya yang akan memudahkan untuk digunakan dalam pembelajaran diferensiasi.

  1. Pihak Pemerintah

Pemerintah yaitu Kemendikbudristek menggulirkan Kurikulum merdeka dimana pada kurikulum tersebut adanya merdeka belajar untuk siswa. Salah satunya pembelajaran diferensiasi  dengan mempetakan gaya belajarnya terlebih dahulu dengan asesmen diagnostik. Tes awal dibagi menjadi 2 (dua) yaitu tes awal kognitif dan tes awal non kognitif. Tes awal kognitif untuk mengetahui capaian kompetensi siswa, menyesuaikan pembelajaran dikelas dengan kompeteni rata-rata kelas, memberkan kelas remedial atau pelajaran tambahan kepada siswa yang kompetensinya di bawah rata-rata. Tes awal non kognitif yaitu untuk mengetahui kesejahteraan psikologi dan social emosi siswa, mengetahui aktivitas selama belajar di rumah, mengetahui kondis keluarga siswa, mengetahui latar belakang pergaulan siswa, mengetahui gaya belajar, karakter serta minat siswa. ( Sumber. PPT Kemendikbudristek)

Cara melakukan tes awal dapat dilakukan dengan wawancara, penyebaran angket, Apalagi di zaman digital sekarang dapat memodifikasi cara yang lebih mudah dan cepat untuk mendapatkan data tersebut. Dapat juga menggunakan google form dengan pengelolaan data dengan google data studio. (Yustiandi, Artikel : “Asesmen Diagnostik dengan Aplikasi Google Form dan Google Data Studio untuk Mengetahui Gaya Belajar Siswa”).

Data atau informasi yang diperoleh dari tes awal dengan istilah rekam belajar (Red. Penulis) selama murid berada di setiap jenjangnya, tentunya ada pada Pendidik atau Guru yang selalu berinteraksi  dengan murid. Rekam belajar inilah sebagai salah satu modal untuk mengetahui muridnya dan dapat dipergunakan untuk pemetaann gaya belajarnya yang dapat dipergunakan pada pelaksanaan pembelajaran diferensiasi.

  • Pakar/Ahli

Para pakar/ahli menjelaskan, Tomlinson (2001) didalam bukunya yang berjudul How To Differentiate INstruction in Mixed Ability Classroom menjelaskan bahwa kebutuhan belajar murid berdasarkan pada Profil Belajar murid yang terdapat 3 (tiga) aspek yaitu :  .

Kesiapan belajar adalah Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi, konsep, atau keterampilan baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka dan memberikan mereka tantangan,  namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi atau keterampilan baru tersebut. 

Minat merupakan suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri.

Tomlinson (2001: 53), mengatakan bahwa tujuan melakukan pembelajaran yang berbasis minat, diantaranya adalah sebagai berikut:                  

  • membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan kecintaan mereka sendiri untuk belajar;
  • mendemonstrasikan keterhubungan antar semua pembelajaran;
  • menggunakan keterampilan atau ide yang dikenal murid sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang dikenal atau baru bagi mereka, dan;
  • meningkatkan motivasi murid untuk belajar.

Profil Belajar mengacu pada cara-cara bagaimana kita sebagai individu paling baik belajar. Tujuan dari mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara natural dan efisien. Namun demikian, sebagai guru, kadang-kadang kita secara tidak sengaja cenderung memilih gaya belajar yang sesuai dengan gaya belajar kita sendiri.  Padahal kita tahu setiap anak memiliki profil belajar sendiri. Memiliki kesadaran tentang ini sangat penting agar guru dapat memvariasikan metode dan pendekatan mengajar mereka. 

Profil belajar murid terkait dengan banyak faktor. Berikut ini adalah beberapa diantaranya:

  • Preferensi terhadap lingkungan belajar, misalnya terkait dengan suhu ruangan, tingkat kebisingan, jumlah cahaya, apakah lingkungan belajarnya terstruktur/tidak  terstruktur,  dsb. 
    Contohnya: mungkin ada anak yang tidak dapat belajar di ruangan yang terlalu dingin, terlalu bising, terlalu terang, dsb.  
  • Pengaruh Budaya: santai – terstruktur, pendiam – ekspresif, personal – impersonal.
  • Preferensi gaya belajar.
    Gaya belajar adalah bagaimana murid memilih, memperoleh, memproses, dan mengingat informasi baru.  Secara umum gaya belajar ada tiga, yaitu:
    • visual: belajar dengan melihat (misalnya melalui materi yang berupa gambar, menampilkan diagram, power point, catatan, peta, graphic organizer ); 
    • auditori: belajar dengan mendengar (misalnya mendengarkan penjelasan guru, membaca dengan keras, mendengarkan pendapat  saat berdiskusi, mendengarkan musik); 
    • kinestetik: belajar sambil melakukan (misalnya bergerak dan meregangkan tubuh, kegiatan hands on, dsb).

 Ketiga aspek tersebut saling terkait untuk antara kesiapan belajar, minat dan profile belajar murid yang harus dipersiapkan dengan baik.

  • Umum

Pandangan ini merujuk kepada hasil riset Bapak Farid Poniman tentang konsep STIFin, dan pada tahun 1999 konsep STIFIn ini menyebar di seluruh Indonesia dan digunakan unuk pemetaan secara genetik, dengan mengunaka prinsip akurat, simple dan aplikatif akan lebih mudah mengetahui 5 (lima) mesin kecerdasan dan 9 (Sembilan) personal genetic. Salahsatunya dapat membantu juga mengetahui minat bakat dan gaya belajarnya pun dapat dikenali dari sedini mungkin dan anak akan mudah difokuskan satu hebat. (Ibay Toyyibah : Cara Belajar Gue Bangeeeettt).

Alternatif pilihan merupakan jalan yang akan diambil diserahkan kepada orang yang akan mengambil manfaat, bahwa ada pengembangan cara yang mampu menjawab kegalauan, mugkin ini dapat dijadikan rujukan yang tujuannya untuk memberikan kebermanfaatan bagi orang lain.

  • Personal/Individu

Secara personal atau perorangan berarti murid itu sendiri yang sedang belajar, bagaimana murid itu mampu mengkondisikan dirinya sendiri saat mengikuti belajarnya. Kesadaran secara emosional merupakan kekuatan yang mendorong anak dari dalam dirinya sendiri untuk  aktif dalam pembelajaran. Apalagi kalau ditunjang dengan minat, bakat dirinya sudah disadarinya dan diaplikasikan, maka akan mudah untuk belajarnya.

jika secara personal sudah mengetahui akan gaya belajarnya, maka secara  mandiri belajarnya akan dilakukan tanpa harus diperintah, dipaksa atau sampai emosi untuk menyuruhnya belajar. Anak tersebut akan terdorong dengan keasadarannya sendiri untuk menata motivasi dalam dirinya dan mampu juga mengatur pengaruh yang tidak baik dari luar yang akan mengganggu belajarnya. Kesadaran dari diri inilah sebenarnya kunci keberhasilan untuk belajarnya.

  • Aplikasi Pembelajaran Diferensiasi

Untuk mengoptimalkan seluruh data/informasi tentang peserta didik dari hasil tes awal tersebut, maka diberdayakan pada praktek-praktek di kelas masing-masing, sehingga akan mengetahui murid tersebut memiliki gaya belajar apa yang mereka minati dan pendidikpun menyiapkan perencanaan pembelajaran dengan baik.

Dalam pembelajaran diferensiasi yang harus dilakukan pertama kali sebagai pendidik yaitu mengetahui data murid tersebut melalui asesmen diagnostik atau tes awal dapat melalui penyebaran angket, wawancara, mengumpulkan rekam belajar yang dapat diketahui dari  berbagai informasi yang diperoleh dari semua guru dengan melihat rapornya, dapat juga melihat dari profil belajar siswa yang dilakukan pendidik saat  proses pembelajaran berlangsung.

Dengan dasar  mengetahui kebutuhan murid dengan salah satu cara mencari data dengan asesmen diagnostik atau tes awal, kemudian diketahui gaya belajarnya, maka Pendidik siap memfasilitasi pembelajaran yang sudah dirancang dengan baik. Dengan mengetahui gaya belajar murid kita, maka sebagai Pendidik sudah melangkah lebih maju dengan memenuhi kebutuhan murid sehingga pembelajaran akan menyenangkan bagi murid.

Pendidik bukan menyiapkan media yang variasi bagi murid yang lebih dari 40 (empat puluh)  tersebut berbeda-beda secara  individu atau mengelompokkan murid yang cerdas dan yang tidak cerdas, namun pendidik menyesuaikan dengan kebutuhan gaya murid di kelasnya tersebut ada yang Visual, Auditori dan Kinestetik.  

Karakteristik diferensiasi harus mengacu pada konten, proses dan produk yang ini nantinya mengacu pada gaya belajar peserta didik. Diferensiasi Konten adalah jenis muatan atau konten apa yang akan diajarkan pendidik, diferensiasi proses yaitu proses yang mengacu pada bagaimna peserta didik akan memahami apa yang mereka pelajari, diferensiasi produk yaitu hasil pekerjaan peserta didik setelah mempelajari pelajaran. (https://blog.kejarcita.id)

Pendidik  yang mengampu mata pelajaran pastinya ada materi/konten yang akan disampaikan di kelas, maka dengan menggunakan pembelajaran diferensiasi, pendidik harus mengemas konten tersebut disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Begitu pula dalam proses dan produknya juga disesuaikan dengan gaya belajar siswa.

Bagaimana pendidik mengemas materi atau konten untuk gaya belajar visual, audiovisual dan kinestetik?. Visual lebih mengarah pada sea to learn (penglihatan), audio mengarah pada hear to learn (pendengaran) dan kinestetik itu move to learn (pergerakan). Visual lebih mudah untuk menyerap dan menerima jika dipersembahkan dalam bentuk gambar, auditori lebih mudah menyerap pada pendengaran, mengulang apa yang didengar, kinestetik lebih suka pengalaman yang melibatkan fisik, praktik langsung, menggunakan alat/benda langsung. .

Untuk mengenal gaya belajar anak dapat juga dikenali dari tingkah laku, gaya penyelesaian masalah. Pertama, kenali dari tingkah laku dengan memperhatikan keadaan pada anak dalam keadaan marah atau tidak senang, apakah reaksi yang dapat dilihat? anak tersebut akan berkomunikasi dengan gayanya, yaitu dengan cara memperhatikan matanya, percakapannya atau perbuatannya. Kedua, gaya penyelesaian masalah, misal pada masalah memasang permainan, apakah anak tersebut menuju kotak mainan (visual), atau bertanya untuk meminta bantuan (auditori) atau mencoba sendiri dengan cara mengutak-atik sendiri permainannya (kinestetik). (http://www.tutokami.com/tuition/gaya-belajar-anak-vak)

Peserta didik yang gaya belajanya visual dapat diperhatikan tentang pembagian visual itu ada 2 (dua) yaitu linguistic dan Spatial. Linguistik itu lebih mudah belajar melalui tulisan bertulis, lebih mudah mengingat sesuatu yang dibaca atau yang ditulis. Kalau yang Spatial lebih ke  gambar dan lebih mudah mengingat dari melihat gambar atau gambaran sesuatu tentang topik.  Yang spatial ini dapat lebih rinci contohnya yaitu : Gunakan gambar, graf dan carta, menyediakan banyak bahan bacaan, menyediakan ruang/bahan untuk untuk penulisan, menggariskan poin penting yang perlu dicatat, menyediakan informasi dengan bantuan ilustrasi, peserta didik mampu membayangkan topik pembelajaran.

Peserta didik yang auditori yaitu gaya belajar yang suka bicara dengan dirinya sendiri, mendengar suara, yang auditori lebih suka untuk berkomunikasi.. Untuk auditori ini, dapat melakukan saat pembelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran secara singkat, menutup pembelajaran dengan memberikan kesimpulan dan refleksi, lebih banyak diskusi, senang dengan diulang-ulang, banyak bertanya, belajar podcast.

Peerta didik yang kinestetik lebih suka bergerak dan beraktivitas. Maka dalam pembelajaran lebih diarahkan pada banyak aktivitas untuk bergerak (moving class), melibatkan music dalam pembelajaran, penggunaan warna yang berbeda-beda, memberikan waktu istirahat/jeda, permainan, peralatan yang berwarna warni, permainan bongkar- pasang. (http://www.tutokami.com/tuition/gaya-belajar-anak-vak).

Bentuk-bentuk aktivitas atau model yang dapat dijadikan referensi yang sudah dijelaskan di atas dapat memudahkan kita sebagai pendidik untuk lebih memahami peserta didik untuk gaya belajarnya. Informasi untuk gaya belajar peserta didik, misalnya bentuk Power Point (PPT), infografis, Teks untuk literasi, gambar, video, Rekaman audio, Peta, Map Mapping, permainan atau game, acting, story telling, diskusi, puzzle. Bentuk-bentuk ini juga pun dapat dipergunakan untuk gaya belajar peserta didik, tinggal kita dapat membedakan, mana yang visual, auditori dan kinestetik.

Teks adalah sekumpulan kata-kata yang ditulis, ini jelas disebut visual linguistik, Gambar-Peta-Infografis, PPT, Map Mapping-story telling merupakan contoh untuk visual spatial. Video, diskusi merupakan untuk audiovisual. Permainan atau game, puzzle untuk gaya belajar kinestetik. Dengan mengetahu perbedaan itu maka akan memudahkan pengembangan model-model gaya belajar yang cocok untuk Visual, Auditori dan Kinestetik.

Keutuhan dari keberhasilan melaksanakan pembelajaran diferensiasi pada aplikasi pada konten, proses dan produknya, apakah sudah sesuai dengan kebutuhan murid tadi, misalnya dari gaya belajarnya. Maka  pendidik yang sudah memahami penjelasan di atas maka tinggal dipraktekkan pada  konten, proses dan produknya.

Penerapan pembelajaran diferensiasi pada konten dengan gaya belajarnya, yaitu: bagaimana pendidik menyiapkan materi/kontennya yang dibuat 3 (tiga)  variasi. Pertama, untuk yang gaya Visual maka pendidik membuat teks bacaan dan gambar. Kedua, untuk Audivisual maka Pendidik menyiapkan video dan ketiga, untuk kinestetik pendidik menyiapkan game.

Diferensiasi pada proses, yaitu bagaimana untuk memahami apa yang mereka pelajari. pada bagian proses ini akan berhubungan dengan diferensiasi produk. Jadi kegiatan yang dilakukan peserta didik pada diferensiasi proses, maka hasil dari proses tersebut terkait pada produk yang akan dihasilkan. Pada kegiatan pembelajaran di proses, biasanya sudah dirancang untuk memperdalam materi/konten supaya peserta didik lebih paham apa yang sedang dipelajari yang menggunakan Visual. Pada langkah-langkah pembelajaran/sintak biasanya ada model dan strategi yang akan dikembangkan dengan tetap masih ada kaitan dengan kebutuhan peserta didik sesuai gaya belajarnya. Artinya metode yang digunakan misalnya Inquiri, PBL, atau bentuk lainnya tetap peserta didik diberikan merdeka belajar sesuai gayanya dalam memahami dan memperdalam konten, tetapi juga peserta didik tetap mengikuti alur dari model yang diarahkan oleh pendidik.

Gambarannya yang lebih jelas tentang prakteknya sebagai berikut : “ Bu guru Ainah bertugas di SMA N 10 Jakarta dan mengajar Sejarah di kelas 10, di kelas yang akan diajarnya berjumlah 45 peserta didik, Sebelumnya Ibu guru Ainah sudah melakukan asesmen diagnostic, dari hasilnya menunjukkan peserta didik ada yang bergaya Visual, Audiovisual dan Kinestetik. Dengan sudah ada data/informasi tersebut, Bu Ainah merancang pembelajaran dengan menyiapkan materi yang akan diajarnya tentang “Kemaritiman di Nusantara”, dengan menggunakan model Inquiry. Inquiry ini ada 5 (lima) tahapan. Pertama orientasi, merumuskan masalah, analisa, presentasi, evaluasi dan tahap perbaikan. Bu Ainah pada tahap awal, menampilkan teks untk dibaca, menampilkan video, game.  Secara umum dalam pembelajaran, oleh Bu Ainah dibagi kelompok. Pada setiap kelompok diberikan arahan tetap melalui 5 tahapan inquiry, namun untuk pembahasan lebih mendalam diberikan sesuai gaya belajar yang mereka miliki, tujuannya mereka nyaman dan senang sehingga belajarnya berhasil dengan pemahaman yang baik. Bu Ainah melihat masing-masing kelompok membahas tema dan menyelesaikannya dengan gaya mereka. Bu Ainah berkeliling untuk menanyakan pada masing-masing kelompok untuk menuangkan hasil kerja kelompoknya dalam bentuk apa?, ternyata variasi sekali para peserta didik, ada yang menggambar, ada yang membuat teks, mebuat cerita, ada yang membuat video dan yang membuat permainan/game. Setelah selesai mengerjakan tahapan pembelajarannya, peserta didik diarahkan oleh Bu Ainah untuk siap-siap melaporkan laporan peserta didik yang sudah bervariasi”.

Dari pemaparan cerita di atas menjelaskan bahwa pembelajarannya menggunakan diferensiasi mulai pada bentuk konten, proses dan produk yang sudah memenuhi kebutuhan peserta didik sesuai gaya belajarnya. Yang menujukkan kegiatan konten, yaitu : “pada tahap awal menampilkan teks untuk di baca, video dan game”. Yang menunjukkan prosesyaitu : “Bu Ainah membagi kelompok dan melihat masing-masing kelompok membahas tema dan menyelesaikannya dengan gaya mereka. Yang menunjukkan produkyaitu : “peserta didik diarahkan oleh Bu Ainah untuk siap-siap melaporkan laporan peserta didik yang sudah bervariasi”.

Contoh pembelajaran yang dikemukakan di atas merupakan kasus sederhana yang dapat mengilustrasikan tentang praktek oleh seorang Pedidik dalam menerapkan pembelajaran diferensiasi. Muncul pertanyaan, jika peserta didik mempraktekkan gaya belajarnya pada setiap pembelajaran,  apa tetap gaya belajarnya yang itu saja atau  boleh bergantian menggunakan gaya belajar punya orang lain?. Gaya belajar siswa yang sudah diketahui dan dipraktekkan, itulah gaya peserta didik yang dapat digunakan setiap hari. Mengapa seperti itu?, karena gaya belajar itu merupakan karunia Allah yang diberkan pada makhluknya yang sudah melekat pada dirinya, tinggal manusianya untuk mempertajam dengan terus dilatih dalam pembelajaran supaya optimal.

Gaya belajar yang dimiliki pada peseta didik tersebut apa dapat digunakan pada mata pelajaran lain yang tentunya juga gurunya berbeda?. Pada pembelajaran berdiferensiasi pada mata pelajaran apapun lebih enak, jika di kelas itu sudah diketahui gaya belajar yang sudah dilakukan asesmen diagnostic oleh guru tersebut, berarti dapat digunakan untuk semua mata pelajaran yang gurunya pun berbeda-beda. Disitulah pentingnya kurikulum merdeka bahwa penguatan di intrakurikuler dalam pembelajaran dibuat program untuk tes awal atau asesmen diagnostic, sehingga hasilnya semua guru mengetahuinya atau diberikan laporannnya, sehingga pembelajaran diferensiasi dapat dialkukan secara serentak di semua kelas, sehingga percepatan perubahan pendidikan yang berpusat pada siswa merata di seluruh pendidikan Indonesia karena memenuhi kebutuhan belajarnya.

  • Kesimpulan

Kurikulum merdeka merupakan kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar murid memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Dasar dari Kurikulum ini lahir dari pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD) dimana tumpuan pendidikan hanyalah untuk mengembangkan peserta didik. Maka untuk mengatasi keragaman dari berbagai polemik penanganan penurunan kualitas pendidikan Indonesia, maka dibuatlah pembelajaran diferensiasi sebagai pembelajaran secra holistik untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dengan mengetahui gaya belajarnya terlebih dahulu. Maka sekolah sehatusnyalah mempunyai program untuk melakukan tes awal atau asesmen diagnostic, karena inti dari kurikulum merdeka salahsatunya adalah penguatan intrakurikuler. Sehingga hasil dari asesmen diagnostik dapat digunakan secara serentak di seluruh kelas-kelas sehingga perubahan cepat dirasakan bagi seluruh  peserta didik.

Gaya belajar diperkenalkan ada 3 (tiga) yaitu ; Gaya belajar Visual dimana lebih menekankan pada penglihatan. Bentuk kegiatannya seperti dengan gambar, tulisan. Gaya belajar Audiovisual dimana lebih menekankan pada pendengarkan. Bentuk kegiatannya sepeti mditampilkannya video, audio. Gaya belajar Kinestetik yaitu penekanan pada perbuatan/gerak/aktivitas langsung/praktek. Bentuk kegiatannya pada permainan, puzzle, praktek.

Keberhasilan dari penerapan pembelajaran diferensiasi  tergantung dipraktekkan tidaknya di kelas-kelas. Maka tahapan yang harus dipersiapkan untuk memulai pembelajara diferensiasi ini adalah sebelumnya harus melakukan tes awal/asesmen diagnostic, hal ini dapat berupa tes wawancara, penyebaran angket, mengetahui rekam belajar murid tersebut yang dapat dilihat dari Rapor Sekolahnya atau dari profil Belajar Murid yang dibuat oleh guru bersangkutan yang medeskripsikan tentang murid-murid yang ada di kelas, dapat juga diketahui dengan melihat cara anak dari tingkah laku dan menghadapi masalah. Cara-cara tersebut tujuannya untuk mengetahui gaya belajar murid tersebut dan keuntungannya untuk memudahkan pendidik untuk menyiapkan perencanaan pembelajarannya.

DAFTAR PUSTAKA

Azzaini, Jamil dkk. 2009. Kubik Leadership : Solusi Esensial Meraih Sukses dan Hidup Mulia Jakarta:PT. Gramedia Pustaka utama

Kemendikbud. 2021. Asesmen Nasional Lembar Tanya Jawab. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Ki Hajar Dewantara. 1936. Dasar-Dasar Pendidikan (Ki Hajar Dewantara)

Toyibah, Ibay. 2017. Cara Belajar Gue Bangeeeettt. Jakarta : Elex media KomputindoGenesih

Yustiyandi, Sutrisno.Asesmen Diagnostik Dengan Aplikasi Google Form dan Google Data Studio Untuk Mengetahui Gaya Belajar Siswa. Jurnal Genesis Naskah

http://www.tutokami.com/tuition/gaya-belajar-anak-vak).

https://blog.kejarcita.id)

https://akupintar.id<tes-gaya-belajar)

(https://ditspsd.kemendikbud.go.id

Spread the love

Related post

1 Comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *