SAYA GURU SAYA MENULIS

Oleh : Dedik Widianto, S.Pd

Pendidik di SDIT Darul Falah Sukorejo

dedikwidianto51@admin.sd.belajar.id

Mari kita mulai tulisan ini dengan pertanyaan mendasar, “Untuk apa menulis?” karena bisa jadi alasan menulis adalah motivasi tertinggi kita untuk memulai menulis.

BJ Habibie, Presiden ke tiga Republik ini pernah menulis sebuah buku berjudul “Habibie & Ainun”. Menariknya B.J. Habibie menulis buku tersebut dalam keadaan berkabung, setelah ditinggal wafat mendiang istrinya. Beliau menulis sebagai terapi untuk mengatasi psikomatik malignant sebuah gangguan psikologis akibat perasaan sedih yang teramat setelah kehilangan istri tercinta.

Bagi beliau, menulis adalah sarana terapi untuk menuangkan perasaan, menghilangkan kecemasan dan menjadi obat untuk beberapa kondisi psikologis tertentu. Hasil menulisnya berlahan membawa kondisi kesehatan beliau berangsur membaik, bahkan dinyatakan sembuh oleh tim dokter.

            Ada banyak sekali alasan, mengapa menulis itu penting. Seperti BJ Habibie misalnya, memilih menulis sebagai obat. Ada pula yang menulis karena memang tuntutan pekerjaan. Seperti mahasiswa yang harus menulis skripsi untuk menyelesaikan pendidikan atau guru dan dosen yang menulis karya ilmiah untuk jenjang karier. ada pula yang menulis karena kesenangan. Merasa hidup terasa belum lengkap jika tidak menulis.

            Secara pribadi saya tergolong orang yang senang menulis. bahkan saya meluangkan waktu untuk menulis dan menulis di waktu luang. Ada beberapa alasan yang mendorong saya untuk menulis dengan perasaan gembira.

            Pertama menulis untuk kesenangan. Seperti kebanyakan orang yang memiliki kegemaran, menulis adalah kegemaran bagi saya. Kegemaran ini didukung oleh kecenderungan pribadi saya yang introvert. Seorang dengan kepribadian introvert lebih cenderung berhati-hati dan berfikir berulang kali saat akan menyampaikan sesuatu. Meski terkesan lambat dan tidak responsif, namun biasanya hal-hal yang disampaikan lebih mendalam dan bermakna.

            kegemaran inilah yang mendorong saya untuk melanjutkan pendidikan di jurusan Bahasa dan sastra. Hingga pada akhirnya membawa saya pada jalan pengabdian di dunia Pendidikan.   

            Kedua, saya menulis untuk meningkatkan kapasitas diri. Ada beberapa manfaat intelektual yang saya dapatkan saat menulis. Diataranya menulis akan melatih kemampuan berfikir seperti berfikir kritis, kreatif, konstruktif dan solutif.

Berfikir kreatif saat menulis membantu saya menemukan ide-ide yang orisinil, juga membantu memilih dan memilah kata agar tulisan lebih bervariatif dan tidak membosankan. Begitu pula dengan berfikir kritis, kemampuan ini digunakan penulis untuk menjaring dan menyaring informasi yang terkait dengan tulisan kita. Menyusun kerangka tulisan, menemukan masalah sekaligus solusi akan memoles pola pikir yang konstruktif dan solutif.

Kemampuan berfikir ini  harus disertai dengan kepekaan dan wawasan yang luas. Tidak berlebihan jika Stephen King mengatakan “Membaca adalah pusat yang tidak bisa dihindari oleh seorang penulis.”

            Disamping itu menulis dapat menumbuh kembangkan karakter positif. Karakter tangguh, jujur, cermat, disiplin, dan rasa ingin tahu adalah sebagian karakter yang akan terbentuk pada diri penulis. Tanpa karakter tersebut mustahil penulis dapat menyelesaikan tulisannya dengan baik.

            Sederhananya menulis telah menumbuhkan kompetensi dan integritas saya sebagai seorang pendidik. Kedua hal inilah yang dipercaya akan melejitkan kinerja dalam mengemban amanat undang-undang untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

            Alasan ketiga mengapa saya menulis adalahsebagai sarana terapi yang efektif. Seperti yang BJ Habibie lakukan, saya juga menggunakan tulisan sebagai media terapi. Saya tidak mengalami psikomatik malignant seperti beliau. Saya menderita gangguan psikologi yang mungkin wajar dan di alami oleh sebagian besar orang. Saya penderita over thinking akut. Over thinking adalah kondisi dimana kita mengkhawatirkan sesuatu secara berlebihan.

Over thinking membuat produktifitas kerja saya sebagai pendidik menurun dan menambah beban pikiran. Saya hanya melakukan rutinitas yang itu-itu saja, serta cenderung menghindari masalah dan bersembunyi pada zona aman.

            Sampai pada akhir nya saya tahu, salah satu hal yang bisa saya lakukan untuk mengatasi permasalahan over thinking ini adalah “menceritakan apa yang saya pikirkan” dan saya memilih “bercerita” lewat tulisan. Melalui tulisan saya berbagi masalah, mengidentifikasinya serta mencarikan solusi dan langkah teknis untuk menyelesaikannya.

            Berangkat dari ketiga alasan inilah saya menulis. Namun jika diibaratkan tanaman, alasan menulis hanyalah sebatas bibit. Bibit ini perlu kita semai agar tumbuh, berkembang dan membuahkan hasil. Satu-satunya cara agar kemampuan tulisan kita berkembang adalah sikap KONSISTENSI.

Lalu bagaimana caranya kita bisa mempertahankan semangat dan konsisten untuk terus menulis?

Pertama tumbuhkan motivasi internal, motivasi adalah dorongan, baik yang berasal dari dalam diri maupun dorongan dari luar. Dorongan dari luar diri ini disebuat motivasi external. Contoh motivasi external adalah kita menulis karena keuntungan materil yang akan didapat, seperti royalti atau ketenaran.

Tidak ada salahnya memang memiliki motivasi seperti hal diatas, karena banyak penulis yang sukses dari karya yang dihasilkan. Namun percayalah jika kita menyandarkan harapan menulis hanya karena motivasi external saja, kita akan jatuh pada kekecewaan. Kita hanya berorientasi pada hasil tanpa menikmati proses. padahal kekuatan terbesar tulisan itu terletak pada proses menulisnya.

Menulislah untuk kesenangan, menulislah karena kegemaran, menulislah agar berkembang wawasan, kreatifitas dan menulislah untuk kesehatan mental kita. Setidaknya itulah motivasi internal kita menulis.

Kedua, temukan style menulis yang kita inginkan. Sama halnya dengan pakaian, menulis juga memiliki style yang beraneka macam. Ada gaya tulisan yang baku, santai dan ringan, atau tulisan dengan pesan mendalam. Masing-masing memiliki peminat yang berbeda-beda. kita perlu menemukan mana gaya tulisan yang sesuai dengan passion kita.

Langkah Ketiga adalah masuk dalam komunitas atau kompetisi menulis. kompetisi memiliki berbagai manfaat khususnya dalam meningkatkan kemampuan menulis. salah satunya menulis dapat digunakan sebagai ajang melakukan trial atau uji coba. Kompetisi akan menguji kemampuan dan keterampilan menulis kita. sejauh mana kemampuan menulis kita dibandingkan dengan orang lain dengan minat yang sama. Seperti yang saya lakukansaa

keempat, mulailah menulis. Tidak ada cara apapun untuk bisa dan mahir menulis kecuali mulai menulis. segudang pengetahuan dan teori tentang menulis hanya akan menjadi imajinasi bahkan ilusi tanpa disertai aksi. Mulailah menulis dari hal kecil, mulailah menulis dari hal yang paling kita senangani, mulailah menulis dari hal yang paling kuasai.

Demikianlah ulasan singkat tentang alasan saya menulis. jika saya harus merangkum mengapa saya harus menulis. saya akan menulis : “karena saya guru maka saya harus menulis.”

Untuk itu mari kita tutup tulisan ini dengan mengutip sebuah kalimat dari seorang novelis kenamaan Indonesia, Fiersa Besari. “Menulis adalah sebuah kebutuhan agar otak kita tidak dipenuhi oleh feses pemikiran. Maka menulislah. Entah itu di buku tulis, daun lontar, prasasti, atau bahkan media sosial, menulislah terus tanpa peduli karyamu akan dihargai koleh siapa dan senilai berapa.

Spread the love

Yudhi Kurnia

redaksi@satuguru.id

Related post

20 Comments

  • Mantaab….

    • Terima kasih ustadzah..

  • Semoga kita semuanya menjadi guru guru inspiratif yang bisa membantu anak didik menuju kesuksesan dhohir bathin

    Semoga ust dedil tambah sukses, bahagia dunia akhirat

    • Amiiin ustadz..

  • Tulisannya mengalir. Asyik dibaca.
    Semangat terus pak dedik untuk memajukan lembaga

    • Terima kasih bapak

  • Mantap, memberikan cerita tentang menulis dengan ramuan kata yang renyah

    • Terima kasih mas fahmi aziz.. sukses selalu..

  • Untuk apa menulis? Menulis merupakan suatu wadah untuk mencurahkan isi hati, fikiran, dan juga apa yang ingin kita sampaikan ke pembaca, dengan menulis akan membuka jendela-jendela wawasan yang luas sehingga kita dapat membagi apa yang kita rasakan ke pembaca, semakin banyak penulis mengeluarkan karya-karyanya maka semakin banyak pula bacaan yang menjadi bahan materi pembaca. Mari kita tingkatkan keinginan, kekreatifan dan kemampuan dalam menulis karya

    • Ulasan yang lengkap.. terima kasih ibu..🙏🙏

  • Untuk apa menulis? Menulis merupakan suatu wadah untuk mencurahkan isi hati, fikiran, dan juga apa yang ingin kita sampaikan ke pembaca, dengan menulis akan membuka jendela-jendela wawasan yang luas sehingga kita dapat membagi apa yang kita rasakan ke pembaca, semakin banyak penulis mengeluarkan karya-karyanya maka semakin banyak pula bacaan yang menjadi bahan materi pembaca.

  • Mari kita budayakan menulis

    • 🙏🙏🙏semangat

  • Terima kasih mas fahmi aziz.. sukses selalu..

  • Semangat kawan lama….. Semoga menginspirasi yang lain untuk giat menulis… 👍👍🙏

    • Terima kasih mas gathot.. sehat njeh..

  • Mantap pak Dedik, tulisannya semoga menumbuhkan keinginan menulis bagi para pembaca khususnya di kalangan guru…

    • Amiiinnn

  • Sangarrrrrr

    • Eaaa.. 😅😅😅

Leave a Reply to Widayati Cancel reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *